Pandemi Covid-19 mengubah total konsep tentang ruang publik. Paradigma tentang ruang publik menjadi semakin berkembang.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengubah pola interaksi sosial di ruang publik. Pengemasan ruang publik beserta intervensi kesenian di dalamnya pun ikut bergeser.
”Virus korona baru menjadi bagian dari kehidupan, mentransformasi kesadaran masyarakat, dan mendisrupsi rutinitas. Keintiman dalam berinteraksi sosial pun bergeser ke cara-cara baru,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam webinar Ruang Publik Seni Budaya Pasca Pandemi, Kamis (18/6/2020), yang digelar Bentara Budaya bersama @kognisikg di Jakarta.
Hilmar mengingatkan, sebelum berpikir lebih jauh tentang pengembangan ruang publik pascapandemi, harus ada perbaikan cara pandang terkait pembangunan ruang publik terlebih dulu. Kebanyakan pembangunan ruang publik sebelum pandemi selalu hanya fokus pada ruang, tetapi melupakan publik itu sendiri.
Ketika berbicara ruang publik berarti ruang yang membuat publik merasa diterima, nyaman, dan jadi bagian di dalamnya.
”Ketika berbicara ruang publik berarti ruang yang membuat publik merasa diterima, nyaman, dan jadi bagian di dalamnya,” katanya.
Protokol disiapkan
Protokol kesehatan untuk beraktivitas di ruang publik telah disusun Kementerian Kesehatan. Protokol ditargetkan selesai Kamis kemarin. Setelah protokol jadi, Direktorat Jenderal Kebudayaan akan membuat peraturan teknis yang lebih detail.
”Pandemi Covid-19 harus dipahami sebagai situasi darurat. Kesadaran itu harus terbangun bagi siapa saja,” katanya.
Selama pandemi, Direktorat Jenderal Kebudayaan memfasilitasi seniman dan pelaku ekonomi kreatif yang ingin tetap berkarya di ruang virtual. Oktober 2020, Direktorat Jenderal Kebudayaan akan kembali menggelar Pekan Kebudayaan Nasional.
Arsitek dan pendiri Rumah Asuh, Yori Antar, berpandangan, pembangunan dan pengembangan ruang publik di Indonesia cenderung tidak mengusung khazanah manusia Indonesia. Misalnya, kebanyakan ruang publik berada di dalam gedung. Padahal, belajar dari masyarakat adat, rumah mereka berorientasi outdoor sehingga bisa dipakai sebagai ruang publik.
Pada 2016, Yori terlibat merevitalisasi kawasan Kalijodo, Jakarta Barat. Ruang terbuka hijau di kawasan itu diaktifkan sebagai ruang publik yang mempertemukan berbagai kelompok usia dan lapisan masyarakat. Di ruang itu, siapa pun bisa beraktivitas olahraga dan berinteraksi sosial.
Dalam revitalisasi dermaga di Labuan Bajo, awalnya dermaga itu tidak berwajah pariwisata. Sejak komodo diangkat jadi penarik wisata, dermaga justru dikelola menjadi pelabuhan peti kemas. Ketika didesain ulang, pelabuhan peti kemas berhasil dipindahkan dan dermaga hanya dipakai untuk kapal-kapal pinisi wisata.
Produser seni independen, Ratri Anindyajati, menceritakan pengalamannya saat kuliah magister bidang produksi dan manajemen kreatif di Amerika Serikat. Di sana, dia berulang kali terjun ke lapangan memproduseri karya, salah satunya pertunjukkan Shelter yang mengangkat cerita mahasiswa-mahasiswa imigran dari Amerika Latin.
Dia belajar mendesain acara, menentukan target penonton, memilih ruang publik, dan merancang dampak yang ingin dihasilkan. Menurut dia, di tengah pandemi, saatnya seniman dan pekerja kreatif mengoptimalkan beragam medium komunikasi digital untuk menjaring publik.