Data Badan Pusat Statistik tahun 2019 menemukan satu dari dua penduduk lanjut usia di Tanah Air hingga kini masih bekerja. Ini menunjukkan masih banyak orang lansia yang terlibat aktif secara ekonomi.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses menua pasti akan terjadi pada seseorang dan tidak harus membuat orang lanjut usia berhenti beraktivitas. Orang lanjut usia yang mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara positif bisa mencapai masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman. Selain sehat secara fisik, sosial, dan mental melalui siklus hidupnya, orang lanjut usia juga bisa terus aktif, produktif, dan mandiri sehingga tetap bermartabat sepanjang hayatnya.
Bahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menemukan satu dari dua warga lanjut usia (lansia) di Tanah Air, atau sebanyak 43,39 persen penduduk lansia, hingga kini masih bekerja. Bahkan, enam dari 10 orang lansia berperan sebagai kepala rumah tangga atau kepala keluarga. Perempuan lansia mendominasi posisi paling banyak sebagai kepala keluarga, yakni satu dari tiga perempuan berperan sebagai kepala keluarga.
”Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang terlibat aktif secara ekonomi, untuk menghasilkan barang atau jasa, baik sebagai bentuk aktualisasi diri maupun karena adanya desakan ekonomi,” ujar Tri Budi Wahyuni Rahardjo, Guru Besar Gerontologi Universitas Respati Indonesia (Urindo) dan Council Member of Active Ageing Consortium Asia Pasific, pada seminar daring bertema ”Menua Itu Pasti, Sejahtera Itu Pilihan. Yuk Siapkan Hari Tuamu”, Senin (15/6/2020).
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang lansia yang terlibat aktif secara ekonomi.
Seminar dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) Ke-24 tahun 2020 ini juga ditandai dengan peluncuran aplikasi GoLantang (Lanjut Usia Tangguh) oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Tri Budi menyatakan, dari Susenas BPS 2019, jumlah penduduk lansia di Tanah Air, yang mencapai 25,66 juta (9,60 persen) dari penduduk Indonesia, sebagian besar tinggal di perkotaan (52,80 persen), sedangkan di pedesaan (47,20 persen). Dari 25,66 juta warga lansia, jumlah perempuan lansia yang paling besar, mencapai 52,35 persen, sedangkan laki-laki 46, 65 persen.
Jika dilihat dalam kelompok umur, penduduk lansia terbanyak berada di rentang usia muda (60-69 tahun) sebanyak 63,82 persen. Sisanya merupakan lansia madya (70-79 tahun) sebesar 27,68 persen, dan lansia tua (80 tahun ke atas) sebesar 8,50 persen.
Menurut Tri Budi, rasio ketergantungan penduduk lansia sebesar 15,01 persen. Artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia 15-59 tahun) harus menanggung 15 orang lansia. ”Banyaknya populasi lansia menyebabkan tuntutan perawatan yang lebih besar serta menambah tanggungan beban ekonomi penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia,” lanjutnya.
Akan tetapi, apabila penduduk lansia dalam kondisi sehat, aktif, dan produktif, besarnya jumlah penduduk lansia berdampak positif terhadap angka rasio ketergantungan (umur) serta kondisi sosial ekonomi keluarga.
Bonus demografi kedua
Hasto menegaskan, ke depan Indonesia akan memiliki banyak orang tua. Bahkan, dengan posisi lansia saat ini, menunjukkan Indonesia di masa akan datang akan bertambah banyak. Artinya, proporsi warga lansia tahun 2050 sampai 2100 akan jauh meningkat dibandingkan proporsi tingkat dunia.
Oleh karena itu, penting sekali untuk memperhatikan situasi dan kondisi penduduk lansia saat ini. Sebab, jumlah tersebut bisa menjadi bonus demografi kedua ketika dari kelompok lansia masih memiliki pendapatan lebih besar ketimbang konsumsinya sehingga masih bisa menabung.
”Jumlah penduduk lansia yang membesar ternyata berpotensi memberikan banyak benefit jika tangguh, sehat, dan tetap produktif,” katanya.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran dari keluarga. Keluarga dan orang lansia perlu mengetahui perubahan perkembangan reproduksi yang dialami oleh orang lansia. Selain itu, keluarga perlu membantu dalam penyediaan makanan yang bergizi bagi orang lansia serta mendampingi mereka dalam melakukan pemeriksaan kesehatan.