Mendorong keterlibatan publik untuk kemajuan TVRI seperti lagu lama yang terus diputar. Dorongan ini mengingatkan agar TVRI jangan sampai ditinggalkan warga.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Dorongan agar publik terus dilibatkan dalam tumbuh kembang Lembaga Penyiaran Publik TVRI tidak jemu-jemunya didengungkan. Dorongan ini bertujuan agar TVRI tidak ditinggalkan masyarakat.
Akademisi Universitas Airlangga Suko Widodo berpendapat, sejauh ini publik hanya menjadi legitimasi atas keberlangsungan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI. Akan tetapi, realitasnya, peran serta publik terhadap tumbuh kembang TVRI tidak benar-benar dijalankan. Jam buka operasional TVRI belum sepenuhnya mendukung aktivitas-aktivitas publik untuk aktif memberikan masukan konten program. Dia kerap memperhatikan, konten-konten program TVRI di daerah malah menyiarkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan publik, misalnya perdukunan.
Suko menyarankan agar dibentuk supervisi terhadap konten TVRI dan jam buka operasional TVRI diperpanjang menjadi 24 jam. Akademisi dari kampus, misalnya, bisa terlibat menyuarakan masukan atau malah ikutan mendesain program.
Jangan sampai televisi publik hanya berisikan tembang kenangan. Televisi publik (TVRI) bukan masa silam, melainkan suara masa depan.(Suko Widodo)
"Jangan sampai televisi publik hanya berisikan tembang kenangan. Televisi publik (TVRI) bukan masa silam, melainkan suara masa depan," ujarnya saat menjadi pembicara webinar "Peran Serta Masyarakat dalam Menguatkan Fungsi Lembaga Penyiaran Publik", Jumat (12/6/2020) di Jakarta.
Suko menambahkan perlunya TVRI bertransformasi. Selain mengakomodasi suara publik, transformasi harus menyangkut sumber daya manusia sampai idealisme.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Hermin Indah Wahyuni mengatakan, LPP adalah jawaban janji publik untuk berbangsa dan bernegara, seperti melayani konten untuk keberagaman budaya, demokratisasi, dan kelompok-kelompok khusus. Oleh karena itu, TVRI semestinya bisa menemukan bentuk-bentuk kolaborasi dengan publik yang saling menguntungkan dengan paramater-parameter kerja sama. Sebagai contoh, beberapa bulan sekali, TVRI bisa menggelar pertemuan-pertemuan tatap muka dengan representasi masyarakat.
Hermin mengakui, tantangan memajukan TVRI adalah masih adanya perdebatan definisi publik. Tantangan lainnya yaitu pesatnya industri penyiaran dan konsumen yang semakin cerdas.
Peneliti dari Ilmenau University of Technology, Institute of Media and Communication Science, Jerman, Mira Rochyadi-Reetz mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya, program tayangan di TVRI masih ditonton oleh warga, meskipun proporsinya kecil. Ketika pandemi Covid-19, TVRI juga masih mempunyai penonton. Artinya, kepercayaan masyarakat terhadap LPP positif.
Rasa memiliki
Menurut dia, meningkatkan kepercayaan serta kepemilikan publik terhadap LPP ini menjadi pekerjaan yang krusial. Di beberapa negara Eropa, rasa kepercayaan serta kepemilikan ditanamkan sejak usia anak.
Berdasarkan pengalamannya selama tinggal di Jerman, siswa sekolah dasar sudah diajari pentingnya televisi publik. Dewan pengawas televisi publik di Jerman diisi oleh beragam individu dari berbagai latar belakang, antara lain organisasi masyarakat, komunitas gereja, dan mahasiswa. Keberagaman tersebut memengaruhi konten siaran. Seluruh warga harus membayar iuran untuk menghidupi televisi publik.
"Ketika pandemi Covid-19, jumlah kasus positif di Jerman sudah mencapai di atas 100.000 orang. Seluruh warga tetap memantau perkembangan kasus dari televisi publik. Kecemasan warga tentunya ada, tetapi tetap terjaga karena ada konten dari televisi publik," ujar Mira.
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid juga mengingatkan pentingnya keterlibatan publik untuk tumbuh kembang TVRI. "Situasi pandemi Covid-19 bisa menjadi peluang bagi TVRI. TVRI bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan informasi yang benar di tengah gempuran hoaks. Saya kira peran ini terus bisa dijalankan ketika pandemi usai," kata dia.
Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI Arief Hidayat Thamrin mengatakan, penguatan TVRI mencakup perspektif program, anggaran, kelembagaan dan regulasi. Keterlibatan publik akan dilakukan dengan pendekatan pentahelik menggandeng akademisi, legislator, dan komunitas. Selama masa pandemi, TVRI membantu memenuhi kebutuhan program belajar dan beribadah dari rumah.