Media Sosial, Ruang Pelarian dari Pandemi Covid-19
Media sosial punya sisi paradoks: memberi manfaat positif sekaligus berdampak negatif. Pada pandemi Covid-19, hoaks bertebaran di medsos. Namun, di kanal ini pula, publik menemukan banyak hal menarik dan inspiratif.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Rabu (10/6/2020) adalah Hari Media Sosial Nasional. Kebetulan, peringatan berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Apa peran medsos di tengah pergulatan masyarakat dunia menghadapi virus korona baru? Ternyata, bagi sebagian publik, medsos menjadi kanal untuk mencari penyegaran di tengah kecemasan berlebihan saat wabah penyakit itu.
Pembicaraan mengenai peringatan Hari Media Sosial Nasional yang diperingati setiap tanggal 10 Juni menjadi salah satu trending di media sosial (medsos). Peringatan ini sesungguhnya bisa menjadi ajang refleksi seperti apa ruang media sosial di Indonesia selama dan sesudah pandemi Covid-19.
Praktisi social media marketing Wiwik W, saat dihubungi Rabu lalu, di Jakarta, mengatakan, pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 mendorong peningkatan penggunaan media sosial di rumah. Ada orang-orang yang semata mengunggah postingan random. Ada pula mereka yang malah rajin menimba ilmu dengan mengikuti diskusi daring di media sosial. Ada juga orang-orang yang ingin tetap mengaktualisasi diri dengan berbisnis dari rumah. Untuk kategori ketiga ini, dia mengamati, bisnis rumahan makin berkembang pesat karena dipengaruhi oleh sejumlah pekerja yang secara ekonomi terdampak Covid-19.
”Individu sekarang cenderung lebih rajin mengotak-atik aneka fitur media sosial. Misalnya, fitur Instagram Live dan IGTV. Kemungkinan besar yang namanya konten kreator baru selama pandemi banyak bermunculan dengan berbagai tujuannya,” ujarnya.
Derasnya informasi seputar pandemi Covid-19 membuat sejumlah warganet, sesuai pengamatan Wiwik, memilih untuk menikmati aneka konten yang menghibur, menyenangkan, dan menginspirasi diri mereka di Instagram. Sebagai contoh, postingan kegiatan memasak dan diskusi virtual. Dia berpendapat, jagat media sosial dengan realitas itu memang diciptakan warganet yang memang menghindar dari segala kecemasan berlebihan atau stres di tengah pandemi Covid-19.
Menurut dia, pengguna media sosial pada dasarnya tidak peduli kondisi orang lain. Semua konten dari akun-akun yang mereka ikuti biasanya sudah diputuskan ada manfaat atau tidak bagi diri mereka sendiri.
”Sistem di media sosial sebenarnya memungkinkan dipersonalisasi sesuai keinginan masing-masing individu. Apalagi sistem sudah menyediakan pengaturan dan fitur yang memungkinkan individu mengabaikan konten yang tidak sesuai keinginan mereka, seperti fitur blokir,” kata Wiwik ketika ditanya pendapatnya tentang jagat media sosial selama pandemi Covid-19 yang masih akan terus berlangsung, sementara kabarnya pemilihan kepala daerah (pilkada) tetap akan dilangsungkan.
Sejumlah konten kreator dan artis memilih cara positif mengisi jagat media sosial untuk membantu pelaku usaha yang secara ekonomi terdampak pembatasan sosial karena Covid-19. Mereka menginisiasi program promosi gratis di akun Instagram mereka guna membantu UKM lokal bertahan. Di antara mereka bahkan mau membuatkan direktori bisnis UKM yang bisa memudahkan pengikut mereka mendapat inspirasi untuk membeli makanan ataupun produk lainnya selama di rumah.
Pada April 2020, Instagram merilis beberapa nama artis dan konten kreator yang terlibat dalam gerakan itu. Sebagai contoh, artis Ayu Dewi memanfaatkan tagar #DiRumahAjaKeren dan membuat sebuah akun baru @dirumahajakeren. Akun baru ini berisi dukungan (endorsement) gratis bagi para UKM. Pemilik usaha yang ingin memanfaatkan akun itu hanya perlu mention dan menggunakan tagar #DiRumahAjaKeren.
Konten kreator di balik akun @anakjajan, Julia Veronica dan Marius Tjenderasa, mendedikasikan sebuah postingan feed bagi para UKM yang bergerak di industri makanan dan minuman untuk mempromosikan bisnis mereka. Caranya adalah pemilik akun menuliskan deskripsi usaha, akun Instagram, cara pengiriman, dan kota di kolom komentar. Postingan itu diharapkan dapat menjadi direktori bagi para pengguna yang ingin mencari inspirasi layanan pemesanan antar makanan ke rumah.
Sementara itu, konten kreator Nikko Ilham di balik akun Instagram @nikkoilham saat dihubungi Rabu (10/6/2020), dari Jakarta, menceritakan, akun Instagram miliknya diisi dengan konten berbau edukasi, foto, dan video. Semua jenis konten tersebut diproduksi di sekitaran rumah. Dia juga pernah mengunggah konten berisi ajakan memerangi pandemi Covid-19, seperti penerapan jaga jarak, kebersihan, dan memakai masker.
”Daripada sekadar ’selling fear’ atau menjual ketakutan. Jadi, saya lebih baik membuat konten menyenangkan berupa foto yang menarik, juga sesekali edukasi membantu orang-orang yang terdampak Covid-19, seperti ajakan berdonasi,” kata Nikko.
Infodemi
Analis media sosial Ismail Fahmi mengatakan, membaca pergerakan jagat media sosial di tengah pandemi Covid-19 bisa dari berbagai sisi. Dari sisi infodemi, misalnya, dia mengakui memang masih banyak muncul konten-konten disinformasi dan hoaks, terutama menyangkut kesehatan. Konten seperti itu cenderung disebarluaskan sehingga menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap penanganan pandemi Covid-19. Dampak lainnya adalah stigma terhadap orang dan keluarganya yang baru akan ikut tes, pernah mengalami Covid-19 juga ikut menguat.
”Jadi, orang akan semakin takut bermedia sosial,” katanya.
Untuk mengantisipasi dampak buruk infodemi, menurut Ismail, tokoh masyarakat harus gencar bersosialisasi persuasif. Tidak bisa secara fisik, tetapi daring. Lalu, pemerintah perlu turun tangan dengan aktivitas penegakan hukum jika infodemi semakin kacau.
Sisi lainnya, media sosial diisi dengan aneka upaya orang untuk tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19 dengan menawarkan konten positif, seperti diskusi, belajar jarak jauh, dan berjualan.
Ismail menambahkan, ruang media sosial di Indonesia ke depan selama pandemi Covid-19 berlangsung kemungkinan akan tetap diwarnai kecenderungan infodemi ataupun lainnya. Namun, hal yang harus diwaspadai adalah ketika pilkada tetap akan dilangsungkan di tengah pandemi dan kemungkinan besar kampanye melalui media sosial akan semakin tinggi dilakukan.
”Kampanye politik melalui media sosial sudah diketahui warga yang tinggal di pedesaan. Artinya, mereka kini sudah biasa menemukan konten-konten berbau kampanye politik,” tuturnya.