Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 mendorong sejumlah guru mengembangkan model pengajaran yang kreatif. Lewat caranya, mereka berusaha memastikan anak-anak dapat belajar dengan baik.
Oleh
Mediana & Deonisia Arlinta
·4 menit baca
Untuk jadi kreatif di tengah penerapan pembelajaran jarak jauh atau PJJ, idealnya warga sekolah disokong jaringan internet dan teknologi. Namun, di sejumlah daerah dengan akses internet terbatas, banyak juga guru yang mampu membangun model pembelajaran menarik.
Mereka, antara lain, Sri Wahyu Sarwoko, guru SMK Negeri 1 Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Saat penerapan PJJ, dia mengajarkan kepada siswanya tentang penghargaan atas kehidupan. Untuk praktik kompetensi teknik kendaraan ringan, misalnya, dia mengizinkan siswanya belajar dari pemilik bengkel sekitar rumah atau sekolah.
Sri Wahyu juga mendorong para siswa membantu orangtua mereka bekerja di peternakan atau pertanian keluarga. Bagi orangtua siswa yang beralih pekerjaan dari buruh pabrik menjadi penjual makanan karena Covid-19, siswa juga diperbolehkan membantunya. ”Jika mereka mau belajar menjadi wirausaha, seperti membuat baju, kami minta minimal mereka mau memakai sendiri karyanya. Syukur-syukur baju buatannya laku. Intinya kami ajak siswa agar lebih menghargai nilai-nilai kehidupan,” katanya, akhir pekan lalu.
Guru lain, Hifni Djafar (37), yang mengajar kelas XI SMA Negeri Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur, berusaha mengoptimalkan aplikasi Whatsapp untuk kelas daring. Jadwal kelas diinformasikan sepekan sebelumnya. Saat kelas dimulai, setiap murid menyatakan kehadiran mereka di grup. Materi disederhanakan dan dikirimkan dalam bentuk dokumen.
Penjelasan disampaikan melalui audio dan visual. Tanya jawab juga dilakukan melalui aplikasi Whatsapp. Sesekali Hifni membuat konten dan mengunggahnya di Youtube agar para murid bisa melihat tayangan itu ketika mendapatkan akses internet.
”Tidak semua anak punya ponsel dengan aplikasi Whatsapp. Dibentuk kelompok, masing-masing tiga orang. Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, anggota kelompok ini bisa belajar bersama,” ujar Hifni.
Beruntung bagi para guru di kota dengan fasilitas internet memadai. Mereka punya banyak pilihan. Berbagai model pembelajaran dapat diuji coba sesuai kebutuhan.
Hal itu, antara lain, dilakukan Yusfina Hendrifiana, guru kelas IV Lazuardi Global Compassionate School, Kota Depok, Jawa Barat. Dia mengembangkan belajar berbasis proyek dengan aplikasi edukasi, seperti Google Suite, Google Docs, Google Spreadsheet, dan Google Slides. Kolaborasi antarsiswa berjalan meski mereka tidak bertatap muka.
Untuk memahami pandemi Covid-19, siswa diajak membuat proyek untuk mengidentifikasi berbagai pekerjaan yang terdampak pandemi. Mereka diminta bertanya kepada orang-orang tentang pekerjaan dan kaitannya dengan penularan virus korona baru. Hasilnya dikemas dalam bentuk jurnal yang didesain di aplikasi Canva.
Agar siswa tak lekas bosan, Yusfina mengajak mereka memanfaatkan Kahoot!, Quizzes, dan Flipgrid. Ketiga aplikasi ini biasanya dipakai untuk tes. Untuk penugasan, ada kalanya anak menggambar dan membuat video dengan aplikasi yang kini populer di kalangan remaja. ”Mereka membuat video cuci tangan yang benar di aplikasi Tiktok,” katanya.
Pengelolaan PJJ secara kreatif memang semakin dimungkinkan karena kini kian banyak aplikasi belajar daring yang sebagian dikembangkan dalam negeri. Sebut saja Simak Online dan Sekolah.mu. Aplikasi itu menawarkan solusi pembelajaran virtual.
CEO Simak Online Rizki Akmanda menceritakan, sejak 2018, Simak Online menjadi solusi platform pembelajaran bagi sejumlah sekolah di DKI Jakarta. Sekolah dibantu mendesainkan fitur-fitur yang dibutuhkan untuk PJJ, termasuk fitur ujian. Dengan fitur ujian ini, guru dan orangtua bisa mengetahui penugasan materi pelajaran oleh setiap siswa.
Tentu ada hambatan teknis, seperti kapasitas server yang terbatas sehingga platform tidak bekerja maksimal. Rizki bercerita, masalah ini pernah terjadi ketika semua sekolah yang berlangganan menyelenggarakan ujian akhir sekolah secara daring dan bersamaan. Server pun anjlok.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta mendukung langkah Simak Online. Sekolah tidak dipungut biaya berlangganan platform itu. Bahkan, sekolah bisa meminta tim untuk membuat fitur-fitur sesuai dengan kebutuhan. Saat ini lebih dari 500 sekolah di Ibu Kota memakai solusi yang ditawarkan Simak Online.
”Awalnya banyak guru terintimidasi teknologi digital. Ketika kami berikan pelatihan, mereka kaget dan bingung,” ujar Rizki.
Chief Operating Officer Sekolah.mu Radinka Qiera mengatakan, sejak 2019, Sekolah.mu menjadi platform belajar daring dan luring (luar jaringan, tatap muka). Lebih dari 1.000 konten pembelajaran, 1.000 kelas, dan 500-an mitra/industri berkolaborasi dengan Sekolah.mu.
Kekuatan Sekolah.mu terletak pada personalisasi desain pembelajaran. Setiap siswa bisa memilih metode belajar sesuai karakteristik masing-masing. Program pengembangan Sekolah.mu juga mengikuti kurikulum yang dipakai dunia pendidikan.
Kreativitas memang bisa tak terbatas. Kekuatan teknologi membantu pendidikan, terutama ketika belajar jarak jauh jadi pilihan yang aman di tengah pandemi Covid-19.