Paduan Suara Virtual ”Indonesia Menyanyi”, Berbagi Semangat dalam Harmoni Nada
Agar tetap terkoneksi dengan anggota penyanyi, kelompok paduan suara mengoptimalkan ruang virtual beserta teknologi digital untuk berkumpul dan bernyanyi bersama menyajikan paduan suara ”Indonesia Menyanyi”.
Lebih dari 2.758 penyanyi dan 436 kelompok paduan suara tampil di satu ruang virtual yang sama. Mereka menampilkan paduan suara secara daring bertajuk ”Indonesia Menyanyi”.
Dibuka dengan lagu ”Indonesia Pusaka”. Soprano Aning Katamsi memulainya dengan lirik ”Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya”. Lalu, penyanyi tenor Christoper Abimanyu meneruskannya, ”Indonesia sejak dulu kala
slalu dipuja-puja bangsa”. Keduanya kemudian bernyanyi bersama diikuti beberapa penyanyi lainnya, mulai dari Kapolda Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose yang kemudian disusul deretan tokoh lain, seperti mantan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik TVRI Helmy Yahya, Harvey Malaiholo, serta tokoh seni vokal dan paduan suara Catharina W Leimena. Lantunan paduan suara yang melatarbelakangi nyanyian para tokoh itu menambah syahdu konser virtual ini.
Semuanya ditampilkan secara bergantian dalam wujud kolase video mereka yang sedang menyanyi. Baik penyanyi tamu maupun paduan suara tampil memukau. Nyanyian mereka selaras, ketukan nada pas meski berada di tempat yang terpisah-pisah.
436 paduan suara secara bergantian menyanyikan 13 lagu daerah.
Setelah ”Indonesia Pusaka”, 436 paduan suara secara bergantian menyanyikan 13 lagu daerah, dimulai dari lagu ”Sajojo” dan diakhiri ”Bungong Jeumpa”. Lagu tersebut dinyanyikan secara medley. Sekali lagi, para penyanyi paduan suara tetap ditampilkan dalam wujud kolase video, dari kepala sampai dada.
Pecahkan rekor
Penampilan paduan suara secara daring ”Indonesia Menyanyi” berhasil memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).
Bandung Choral Society menjadi penggagas sekaligus penyelenggara paduan suara virtual ini. Presiden Direktur Bandung Choral Society Tommyanto Kandisaputra mengatakan, paduan suara bertajuk ”Indonesia Menyanyi” ditampilkan tepat saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2020. ”Proses kreatifnya memakan waktu sekitar sebulan,” ucapnya, Selasa (26/5/2020), saat dihubungi dari Jakarta.
Para penyanyi tamu ataupun penyanyi paduan suara bernyanyi dari tempat mereka masing-masing. Mereka menerima rekaman vocal guide yang dikirim oleh Bandung Choral Society. Salah satu wujud vocal guide adalah partitur not. Sambil mengikuti arahan dari vocal guide, setiap penyanyi bernyanyi dan merekam diri mereka.
Ada penyanyi yang memang mempunyai peralatan mumpuni, seperti Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose yang menyanyi lengkap dengan mic dan headphone di studio musik. Kebanyakan penyanyi menyanyi dengan perlengkapan sederhana, yakni berbekal earphone dan gawai.
Menurut Tommy, ada sekitar 3.615 video kiriman dari para penyanyi. Video-video tersebut lalu diedit agar konsep paduan suara terwujud. Ada tujuh orang anggota tim editing yang masing-masing harus mengedit 50 video dalam sehari. Ada pula tim aransemen lagu. Merekalah yang memegang kendali di setiap lagu yang ditampilkan sehingga hasil keluarannya selaras dan penonton menikmati.
Dia mengakui memang sengaja menampilkan frame semua penyanyi dalam satu kolase. Bahkan, dirinya juga merilis satu per satu nama penyanyi hingga tim teknis yang bertugas. Menurut dia, upaya itu bermaksud memberikan kenang-kenangan dan jejak digital. Apalagi orangtua para penyanyi juga mendukung sejak proses pembuatan.
Bandung Choral Society sudah eksis selama 20 tahun. Bali International Choir Festival (BICF) juga menjadi kegiatan yang rutin mereka gelar setiap tahun.
Tahun ini, BICF masuk tahun penyelenggaraan kesembilan. Karena pandemi Covid-19, BICF yang seharusnya terselenggara Juli 2020 harus ditunda. Tommy pun berinisiatif menghubungi paduan suara peserta untuk diajak ikut di paduan suara secara daring bertajuk ”Indonesia Menyanyi”. Dia juga mengajak sejumlah penyanyi tamu. Semuanya dikumpulkan dalam satu gagasan, yakni berbagi semangat dan mendekatkan, kendati masing-masing terus beraktivitas di rumah saja.
Paduan suara secara daring bertajuk ”Indonesia Menyanyi” dikerjakan secara sukarela. Organisasi memakai tabungan untuk membayar editor.
Awam biasa mengidentikkan paduan suara berlangsung dalam satu ruang dan waktu bersamaan. Akan tetapi, kemunculan teknologi digital memungkinkan paduan suara terselenggara di ruang virtual. Para penyanyinya bisa berada tidak di satu tempat yang sama, bahkan waktu berbeda.
Saat ini, aplikasi ataupun perangkat lunak pendukung paduan suara virtual melimpah, seperti Kinemaster dan Filmora Go. Aplikasi Tik Tok pun bisa dipakai.
Tommyanto menjelaskan, upaya yang dilakukan oleh Bandung Choral Society melalui ”Indonesia Menyanyi” bukanlah pertama kali di dunia. Di dunia, komposer Eric Whitacre pertama kali memopulerkan paduan suara virtual melalui ”Lux Arumque” tahun 2010, lalu berikutnya muncul ”Sleep” dan ”Water Night”.
”Dalam kondisi pandemi, paduan suara gereja di negara lain juga membuat paduan suara virtual untuk sekadar dibagikan di media sosial ataupun dipakai untuk mengiringi ibadah. Upaya ini bertujuan menjaga koneksi dan relasi antarpenyanyi,” katanya.
Helmy Yahya menceritakan, untuk tampil dalam konser virtual ini, ia berlatih empat hingga lima kali dengan vocal guide yang dikirimkan untuknya. Setelah itu, dirinya baru rekam.
”Kegiatan paduan suara seperti ini, kan, bisa menginspirasi siapa saja yang menonton,” ujarnya.
Catharina W Leimena mengatakan, dengan teknologi digital terkini, paduan suara secara virtual semakin mudah diselenggarakan. Tinggal kreativitas pengemasan dan pengembangannya.
Catharina adalah dosen ketika Tommy kuliah di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Tommy juga anggota paduan suara Susvara Opera Company yang dipimpin Catharina. Dengan terselenggaranya paduan suara secara daring ”Indonesia Menyanyi”, Catharina mengaku ikut bangga bisa bernyanyi bersama.
Baca juga : Pertunjukan Daring Eko Supriyanto
Dalam harmoni nada, mereka saling berbagi semangat di tengah suasana pandemi Covid-19.