Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Perhatian pemerintah kepada upaya penanganan Covid-19 dan dampak ekonominya harus diimbangi juga dengan perhatian ke sektor keluarga yang terdampak krisis akibat pandemi ini.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
Penyesuaian diri anggota keluarga dalam kenormalan baru ini sangat menentukan untuk membangun ketahanan keluarga di masa krisis akibat pandemi Covid-19. Meskipun begitu, peran perintah diperlukan untuk membantu keluarga yang rentan di luar bantuan kesehatan dan ekonomi akibat Covid-19.
Hampir setiap kementerian mempunyai program tentang keluarga dan kini saatnya untuk berkolaborasi membantu masyarakat mengatasi dampak krisis yang juga mengancam ketahanan keluarga ini. Keluarga menanggung beban krisis pada masa pandemi Covid-19 ini, mulai dari melindungi anggota mereka dari bahaya, merawat anak-anak, dan pada saat yang sama melanjutkan tanggung jawab pekerjaan mereka.
”Memang ini tantangan yang tidak mudah (bagi pemerintah), tetapi bisa dimulai dengan memanfaatkan media sosial atau platform digital untuk memberikan perhatian kepada keluarga sebagaimana dilakukan pemerintah dalam penanganan kesehatan karena Covid-19,” kata peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Augustina Situmorang, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (15/5).
Dia mengatakan, tidak semua keluarga bisa mengatasi permasalahannya sendiri. Bagi keluarga-keluarga tertentu, terutama keluarga yang rentan, mereka perlu dibimbing dan diberi tahu bagaimana cara mengatasi permasalahan mereka. Pemerintah bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan juga provider internet untuk menjangkau keluarga-keluarga melalui fasilitas pesan singkat atau Whatsapp berisi tips atau ide-ide untuk membangun komunikasi antaranggota keluarga.
Pelibatan komunitas lokal, seperti para kader kesehatan dan kader keluarga berencana, sangat penting untuk menjangkau masyarakat yang tidak bisa dijangkau secara daring. Kegiatan ini bisa digabung dengan Program Keluarga Harapan (PKH) dan juga program bantuan sosial. Peran pemerintah daerah sangat menentukan untuk mengkoordinasikan program-program tersebut.
”Pemerintah harus seimbangkan penanganan kesehatan dan hal-hal lainnya. Kalau masalah ekonomi, sudah banyak bantuan, tetapi kalau bantuan dalam konteks untuk membangun keluarga, menjaga ketahanan negara, belum ada. Sekarang waktunya,” kata Agustina.
Pemerintah perlu membuat program ataupun publikasi penerangan yang memberikan arah kepada masyarakat untuk meningkatkan ketahanan keluarga di masa krisis ini
Hal senada dikatakan psikolog sosial Universitas Indonesia, Bagus Takwin. Dia mengatakan, pemerintah perlu membuat program ataupun publikasi penerangan yang memberikan arah kepada masyarakat untuk meningkatkan ketahanan keluarga di masa krisis ini. Dia mencontohkan, di Taiwan, di masa pandemi ini dan pada masa krisis, pemerintah setempat mengirimkan informasi ke masyarakat tentang kesehatan mental dan menyediakan layanan-layanan daring yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat.
”Pemerintah bisa bekerja sama dengan psikolog, ahli kesejahteraan sosial untuk membantu keluarga-keluarga mengatasi krisis yang terjadi di dalam keluarga akibat pandemi ini. Pemerintah bisa masuk (menjangkau keluarga) melalui media sosial, bukan hanya memberikan informasi terkait Covid,” kata Bagus.
Dia mengatakan, membangun ketahanan keluarga menjadi sangat penting saat ini untuk keberhasilan penanganan krisis akibat pandemi ini. Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, masalah yang terjadi di dalam keluarga jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak ke masyarakat, dan bisa menjadi masalah sosial.
”Keluarga menjadi sangat penting sekali saat ini. Dari dalam, masing-masing anggota keluarga harus mempunyai kesadaran baru ketika tinggal bersama dalam waktu lama di rumah. Komunikasi harus dibuka, membuat struktur kehidupan baru pada anggota keluarga untuk mengisi waktu yang kosong. Kreativitas dan kegiatan yang sederhana, seperti bekerja sama membersihkan rumah, akan mendekatkan anggota keluarga,” tutur Bagus.