Masa jeda penutupan tiga candi di Jawa Tengah dan DIY akan dimanfaatkan sebagai masa untuk melakukan pembenahan, melengkapi fasilitas sesuai standar protokol kesehatan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Masa jeda penutupan tiga candi di Jawa Tengah dan DIY akan dimanfaatkan sebagai masa untuk melakukan pembenahan, melengkapi fasilitas sesuai standar protokol kesehatan. Dengan upaya ini, maka, saat dibuka kembali, tiga candi dapat dipastikan akan lebih aman dikunjungi.
Sekretaris Perusahaan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Emilia Eny Utari mengatakan, pembenahan dengan lebih mengedepankan kesehatan dan kebersihan lingkungan ini akan terus dipakai saat situasi sudah kondusif dan wabah Covid-19 nantinya sudah mereda.
”Kami ingin menegaskan bahwa obyek wisata tiga candi adalah obyek yang sehat dan aman dari virus,” ujarnya, Kamis (14/5/2020).
Pembenahan yang dilakukan antara lain melengkapi fasilitas berupa tempat mencuci tangan, serta menambah aturan protokol kunjungan, dengan terlebih dahulu memeriksa suhu tubuh pengunjung, sebelum masuk ke kawasan candi.
Kami ingin menegaskan bahwa obyek wisata tiga candi adalah obyek yang sehat, dan aman dari virus. (Emilia Eny Utari)
Tiga candi yang dimaksud adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Boko. Kunjungan wisata ke tiga candi sudah ditutup sejak 20 Maret lalu. Perpanjangan penutupan sudah dilakukan hingga empat kali, dan terakhir, kunjungan wisatawan ditutup sejak Kamis (14/5/2020) hingga Jumat (29/5/2020).
Hingga saat ini, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko belum bisa memastikan ataupun memprediksi kapan tiga candi akan dibuka kembali.
General Manager Taman Wisata Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, untuk di Candi Borobudur, pihaknya berencana menetapkan larangan bagi pengunjung untuk membawa makanan dan minuman dari luar.
”Wadah makanan dan minuman yang dibuang oleh pengunjung berpotensi menjadi media penyebaran virus,” ujarnya.
Hal ini terjadi karena wadah tersebut biasanya akan bersentuhan dengan droplet dari pengunjung yang mengonsumsinya. Penyebaran virus juga semakin berpotensi tinggi terjadi karena pengunjung sering kali membuang bungkus atau wadah makanan dan minuman secara sembarangan.
Mencegah penularan
Dengan menerapkan larangan tersebut, Putu mengatakan, pihaknya akan menyediakan tempat makan dan minum di bawah candi. Demi mencegah terjadinya penularan penyakit, tempat itu akan selalu dijaga kebersihannya.
Di masa jeda penutupan ini, Putu mengatakan, pihaknya terus melakukan kegiatan operasional sehari-hari seperti pembersihan lingkungan di sekitar candi, termasuk taman-taman yang ada di dalamnya. Selain tanaman, Taman Wisata Candi Borobudur juga terus melakukan upaya perawatan binatang, yaitu gajah dan rusa, yang selama ini juga menjadi obyek wisata bagi pengunjung.
Fitnasih (29), salah seorang pengelola homestay dan kafe di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, mengatakan, wabah Covid-19 membuat aktivitas wisata di Desa Karangrejo berhenti.
Mempertimbangkan kondisi masyarakat yang saat ini lebih memperhatikan kesehatan serta berminat membeli produk-produk herbal, dia pun beralih usaha, membuka usaha rumah tangga, memproduksi tiga jenis wedang tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan.
Ke depan, saat kondisi sudah kembali normal, dia pun berencana membuka usaha wedang miliknya menjadi obyek wisata baru. Selain memperlihatkan aktivitas produksi, usaha wedang akan dijadikannya sebagai wisata edukasi agar wisatawan lebih mengenal manfaat empon-empon bagi kesehatan.