Orangtua Perlu Beradaptasi Mengasuh Anak Selama Pandemi
Di masa pembatasan sosial ini, peran orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak di rumah sangat perlu. Orangtua harus beradaptasi untuk pengasuhan anak di rumah.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di masa pembatasan sosial akibat Covid-19, interaksi dalam keluarga berubah karena menghabiskan waktu lebih lama di rumah. Orangtua perlu bersikap adaptif dalam menyikapi berbagai tantangan yang muncul, termasuk ketika mengasuh anak.
Ahli pengembangan anak Childfund Indonesia, Fitriana Herarti, mengatakan, salah satu prinsip utama dalam mengasuh anak adalah mengubah pemikiran konvensional yang masih melekat. Selama ini, orangtua masih berpikir mendidik dan mengasuh anak adalah tugas yang berbeda.
”Orangtua perlu mengubah pemikiran menjadi mendidik dan mengasuh adalah satu kesatuan, bukan hal yang terpisah. Jadi, mereka akan menganggap itu bukan sebagai beban,” kata Fitriana dalam diskusi daring bertajuk ”Menjadi Orangtua/Pengasuh yang Bahagia dalam Situasi Covid-19” yang diadakan Tanoto Foundation di Jakarta, Senin (4/5/2020).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) melaporkan, survei pada April 2020 menunjukkan, hanya 32 persen anak yang menyatakan didampingi orangtua selama belajar atau berkegiatan di rumah dan 15 persen anak menyatakan dibantu orangtua menyelesaikan tugas. Selain itu, hanya 31 persen anak diberi kegiatan alternatif untuk mengusir kejenuhan oleh orangtua.
Fitriana melanjutkan, selama pembatasan sosial, orangtua perlu menjaga kegiatan rutinitas tetap berjalan normal, seperti belajar. Ini dilakukan agar anak dapat menjaga sikap dalam pengelolaan diri dan tanggung jawab. Orangtua bisa memantau pembelajaran anak berdasarkan responsive parenting di mana orangtua berperan aktif dan merespons proses belajar anak.
Di sisi lain, orangtua juga harus bisa mengelola pola pikir negatif dan target yang terlalu muluk. ”Untuk itu, gunakan waktu jeda untuk melepaskan diri dari pikiran negatif agar kembali memiliki kontrol diri, misalnya dengan relaksasi sederhana dengan teknik pernapasan dan teknik genggam jari,” katanya.
Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA Lenny N Rosalin mengatakan, pengasuhan anak di masa pandemi merupakan hal yang unik. Namun, yang perlu diingat adalah setiap keluarga memerlukan intervensi pengasuhan yang berbeda-beda.
Hafiz Priyotomo, salah satu orangtua murid dari TK Rumah Cita Yogyakarta, mengatakan, keluarganya merasa stres di rumah akibat pembatasan sosial yang telah berlangsung beberapa minggu. Mereka memiliki tugas yang berbeda; Hafiz harus bekerja, istrinya harus mengasuh anak, mengurus rumah, dan mengurus bisnis wirausaha, serta putranya harus belajar.
”Akhirnya kami membuat kesepakatan kapan bekerja dan melakukan kegiatan belajar. Saya dan istri juga sepakat untuk tidak memunculkan perilaku stres di depan anak,” ujarnya.
Hafiz dan istrinya juga berupaya untuk menciptakan kegiatan belajar yang menarik untuk anak mereka. Mereka berjemur matahari, bersepeda, memasak, dan menulis esai. Kegiatan belajar seperti itu juga dilakukan berdasarkan hasil komunikasi dengan guru-guru putranya di sekolah.
Psikologis orangtua
Dosen Pendidikan Guru PAUD Universitas Pendidikan Indonesia, Hani Yulindrasari, mengatakan, kesejahteraan psikologis orangtua merupakan salah satu kunci utama dalam pengasuhan anak. Sayangnya, industri pengasuhan dan media saat ini menggambarkan bahwa orangtua harus fokus pada kebahagiaan anak.
”Peran sebagai orangtua hanyalah salah satu peran di antara peran lain. Orangtua juga harus mengurus kerja, bisnis, dan semua peran itu penting. Semua peran itu penting supaya orangtua tidak merasa kurang bernilai ketika melakukan peran lain. Ini baik untuk kesejahteraan psikologis mereka,” ujarnya.
Menurut Hani, jika narasi bahwa kesejahteraan orangtua tidak penting berlanjut, hal itu dapat menjadi kontraproduktif. Orangtua menjadi tidak percaya diri dan takut salah ketika mengasuh anak. Kecemasan dapat membuat orangtua menjadi overparenting dan overprotective terhadap anak.
Hani melanjutkan, orangtua dapat menerapkan prinsip intuitive parenting atau pengasuhan yang intuitif. Pola pengasuhan ini merupakan refleksi pengalaman orangtua ketika diasuh di masa kecil. Orangtua dapat memilah-milah cara mengasuh yang tepat dengan konteks saat ini.
”Orangtua perlu memiliki pemahaman terhadap diri sendiri mengenai nilai-nilai subyektif dan nilai kultural yang dimiliki. Ini dapat membuat kita bisa mengurangi social comparison dengan orang lain, social comparison harus dihindari,” ujarnya.