Para seniman pertunjukan akan menampilkan video tari berdurasi 1 menit bertema ”Sujud Bumi” pada peringatan Hari Bumi tanggal 22 April. Tema Sujud Bumi diambil untuk merefleksikan kontemplasi di tengah Covid-19.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lebih dari 700 seniman pertunjukan, tari, dan koreografer berpartisipasi dalam gerakan ”Sujud Bumi” untuk memperingati Hari Bumi pada 22 April 2020. Gerakan ini akan direalisasikan oleh masing-masing seniman dengan cara mengunggah video tari berdurasi 1 menit di akun media sosial mereka.
Koreografer Hartati saat dihubungi pada Selasa (21/4/2020), di Jakarta, menyampaikan informasi tersebut. Dia bersama seniman tari Heri Prasetyo atau yang akrab dipanggil Heri Lentho menjadi penggagas gerakan Sujud Bumi.
”Dalam rangka peringatan Hari Bumi, Keluarga Tari Indonesia akan melakukan semacam ruwatan berbentuk ekspresi tari dengan musik. Kami mengajak teman-teman seniman pertunjukan di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membuat gerakan Sujud Bumi sambil mendoakan makhluk bumi terhindar dari malapetaka di rumah masing-masing pada waktu yang bersamaan secara serentak,” ujar Hartati.
Dia menceritakan, seniman pertunjukan, tari, ataupun koreografer menyiapkan video berdurasi 1 menit bertemakan Sujud Bumi, lalu musiknya menggunakan karya Epi Martison. Penayangannya secara serentak pada 22 April tepat pada peringatan Hari Bumi. Waktu tayangnya terdiri dari pukul 06.30, 12.00, dan 18.00. Mereka yang terlibat perlu menyertakan tagar ##sujudbumi, #doauntukbumi, #haribumi, #damaidalamsatubumi, #tariIndonesia, #dirumahaja, #menaridirumah, #senimantariindonesia, #kampanyeharitarinasional, #Indonesiabahagia, #Indonesiabebascorona, #budayasaya.
Kita mengucapkan doa untuk alam semesta dan bumi yang sedang ’sakit’.
”Jenis tariannya akan berbagai genre, tetapi tema besarnya adalah bagaimana kita mengucapkan doa untuk alam semesta dan bumi yang sedang ’sakit’. Bagi mereka yang tidak mendaftar ke kami pun tetap bisa berpartisipasi,” kata Hartati.
Inspirasi dari kepompong
Heri Lentho saat dihubungi mengatakan, unsur terkecil dalam tari adalah pose yang salah satunya berupa sujud. Sujud pun biasa manusia lakukan ketika berdoa.
Heri menceritakan, dirinya terinspirasi dari kepompong saat menyikapi pandemi Covid-19. Kepompong adalah fase sebelum ulat keluar. Ini bisa menjadi simbol kehidupan baru. Hal serupa terjadi ketika pandemi Covid-19 mendera dan ”memaksa” sebagian orang beraktivitas di rumah. Masyarakat bisa meniru filosofi kepompong ketika menghadapi hari-hari beraktivitas dari rumah saja. Anjuran itu bisa dimaknai sebagai ”ritual” menyongsong kehidupan baru.
Rabu (22/4/2020) pukul 05.30, dia berencana akan melakukan live di akun media sosial dia. Pemilihan waktu itu dikarenakan matahari baru akan terbit dan burung berkicau. Kondisi ini adalah simbol kebangkitan. Saat live, dia akan mengajak siapa pun yang menonton untuk sujud, menyapu, dan menanam satu tanaman. Setelah itu, pukul 06.30, dia pun akan mengunggah video tari 1 menit. Dia memanfaatkan lahan pertanian padi untuk menari.
Ketika gerakan di dunia maya itu juga diikuti secara serentak di dunia nyata, dia berharap bumi pun mendapat energi positif.
”Sujud adalah sebuah gerak yang kontemplatif, yakni hati dan pikiran diletakkan di dasar. Manusia, kan, asalnya dari tanah. Makanya, mari kita letakkan hati dan pikiran di bumi atau kontemplasi,” tuturnya.
Sementara itu, koreografer sekaligus penari, Rianto, mengaku juga terlibat dalam gerakan Sujud Bumi. Menurut dia, gerakan itu bisa dimaknai sebagai rasa syukur terhadap segala limpahan Tuhan dan bergotong royong menyampaikan doa dan refleksi diri terhadap kegelisahan bencana melalui ekspresi tubuh tari.
Sujud Bumi juga bisa dimaknai agar manusia kembali membumi dan memahami hubungan antara sesama tubuh dan bumi. Manusia dapat merefleksikan dirinya sendiri terhadap segala peristiwa yang terjadi sekarang dengan rasa hormat dan menghargai sesama.
Rianto mengatakan akan memakai karya video tari yang telah diproduksi tahun 2018, tetapi ada beberapa adegan dalam tari yang mengarah kepada penghormatan bumi. Alasan dia, sejak tahun 2018, dia telah melakukan berbagai riset kultural di Banyumas dan Makassar. Bahan-bahan adegan video diambil dari perjalanan riset.