Gerakan mengantisipasi penyakit Covid-19 terus meluas. Sebanyak 107 museum di Indonesia serempak menutup kunjungan untuk sementara waktu demi mencegah kerumunan yang rentan memperluas penularan virus korona baru.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 107 museum di Indonesia secara serempak menutup kunjungan untuk sementara waktu. Ini bagian dari gerakan bersama untuk mencegah penulranan virus korona baru yang menyebabkan Covid-19. Lebih dari itu, sebagian pengelola museum kemudian membuat masker, bahkan sebagian memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit pandemi itu.
Hingga Rabu (18/3/2020) sore, sebanyak 107 museum negeri dan swasta di Indonesia ditutup sementara. Penutupan berlangsung selama dua pekan sampai sebulan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Museum Indonesia Sigit Gunarjo mengungkapkan, penutupan museum itu merupakan bentuk dari gerakan mengatasi penyebaran virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. ”Menutup museum itu kebijakan setiap daerah. Memang belum semua museum dan tidak harus semua menutup jam kunjungan, tetapi itu sudah merupakan gerakan bersama untuk mencegah penyebaran virus ini,” katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Sigit menjelaskan, museum yang membuka sebagian jam kunjungan saja tetap memperhatikan kebijakan pemerintah pusat terkait dengan pembatasan sosial (social distancing). Jarak antartamu pun dijaga. Petugas memantau suhu tubuh pengunjung dan pengelola museum.
Gerakan bersama untuk melawan pandemi ini berlangsung dari Aceh hingga Jayapura. Di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, misalnya, Museum Listrik dan Energi Baru membagi kunjungan kelompok besar dalam kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah dipantau. ”Deteksi suhu tubuh dilakukan sebelum pintu masuk, juga melakukan sterilisasi ruang museum,” kata Koordinator Bidang Program Publik Museum Listrik dan Energi Baru TMII Suryana Adang.
Pengelola Museum Sonobudoyo Yogyakarta menggelar pameran bertajuk ”Nanti Kita Cerita tentang Sehat Hari Ini” yang dibuka sejak Senin hingga Selasa 24 Maret. Pameran itu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang wabah penyakit Covid-19 dan wabah flu di Spanyol tahun 1918.
Semua museum juga menerapkan standar deteksi Covid-19. Pengunjung yang akan memasuki museum diukur suhu tubuh. Mereka diajak membersihkan tangan dengan sabun atau hand sanitizer. Ruang-ruang dalam museum disemprot dengan disinfektan.
Presiden International Council of Museum (ICOM) Indonesia Hilmar Farid mengapresiasi insiatif pengelola museum yang secara mandiri mencegah Covid-19 kian meluas. Langkah itu sangat dibutuhkan mengingat kunjungan ke museum terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama sejak gerakan ”Museum di Hatiku” pada 2009.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kebudayaan, pada 2009 tercatat 281 museum yang beroperasi di Indonesia. Pemerintah mendorong pembenahan pengelolaan dan penataan museum agar menumbuhkan minat kunjungan. Pada 2019, jumlahnya menjadi 439 museum.
Di tengah wabah Covid-19, museum menutup kunjungan demi mencegah terjadi kerumunan yang rentan memperluas penularan virus korona baru. Langkah ini termasuk dalam upaya pembatasan sosial (social distancing).
”Mengelola museum tidak hanya soal kelola dan konservasi artefak, tetapi juga memberikan rasa aman dan nyaman pada saat kunjungan serta tetap sehat setelah kunjungan juga penting,” kata Hilmar, yang juga menjabat Direktur Jenderal Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hilmar menyampaikan, selama penutupan sementara, kegiatan di museum tak sepenuhnya berhenti. Pengelola dan staf tetap beraktivitas. Seperti pengelola Museum Tsunami Aceh yang kini membuat masker kain. Pengelola Museum Bank Indonesia membuat konten edukasi di media sosial.
”Dengan adanya wabah Covid-19, pengelola museum bisa memanfaatkan platform baru untuk mengenalkan koleksi museum. Melalui teknologi infomasi digital, masyarakat pun bisa mengunjungi museum secara digital,” katanya.