Rancang Bangun TIM Mesti Sesuai Fungsi Pertunjukan Seni
Penataan ruang gedung Taman Ismail Marzuki yang kini tengah direvitalisasi diharapkan tidak mengabaikan aspek fungsi dan kunci dari pertunjukan seni.
Oleh
Mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Desakan agar proses revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki memperhatikan kebutuhan seniman kembali disuarakan. Para seniman tari berharap, penataan ruang gedung TIM tidak mengabaikan aspek fungsi dan kunci dari pertunjukan seni.
Seniman tari senior Nungki Kusumastuti di sela-sela forum diskusi grup ekosistem tari pengguna Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), Selasa (10/3/2020), di Jakarta, mencontohkan bagaimana detail jarak antara panggung pertunjukan dan tempat menonton mesti benar-benar diukur. Bahkan, ada beberapa jenis pertunjukan yang memerlukan desain panggung dan tempat menonton yang berbeda dengan tempat-tempat pertunjukan pada umumnya.
”Jangan sampai antara penyusunan program acara pertunjukan seni dan pengembangan gedung malah tidak menyatu,” ujar seniman tari yang pernah menjabat sebagai Direktur Indonesia Dance Festival 2006-2008 ini.
Produser Eki Dance Company, Aiko Senosoenoto, berpendapat, desain ruang untuk pertunjukan seni perlu memperhatikan cuaca dan perilaku penonton. Menurut Aiko, cuaca sekarang susah ditebak sehingga sangat sukar menggelar pertunjukan di luar ruang.
Jangan sampai antara penyusunan program acara pertunjukan seni dan pengembangan gedung malah tidak menyatu.
Penonton ingin terlibat
Perilaku penonton saat ini cenderung berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dahulu, penonton datang ke pertunjukan seni hanya sekadar untuk menonton, tetapi kini malah ingin terlibat.
”Jika ingin mendesain ruang, kami sarankan jangan selalu terpatok pada pengalaman masa lalu,” kata Aiko.
Saat ini ada lebih dari 50 komunitas tari yang rutin berlatih di area PKJ TIM. Sepanjang tahun 2019 tercatat ada empat pertunjukan tari yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), yaitu Jakarta Dance Meet Up (reguler), Jakarta Dance Meet Up (seleksi), Unboxing Tari, dan Telisik Tari Ballet in Batavia.
Pelaksana Tugas Ketua Bidang Program DKJ Rusdy Rukmarata menyampaikan, gedung pertunjukan idealnya adalah tempat bertemunya penonton, seniman, dan pemerintah. Sebagai ruang pertemuan, maka di dalam gedung pertunjukan semestinya ada dialog yang intens dan detail, bukan sekadar wacana.
”Melalui forum grup diskusi ini, seniman tari bersuara lantang agar nanti di gedung PKJ TIM yang baru (para penari) bisa menampilkan pertunjukan yang spektakuler dengan fasilitas yang mumpuni,” ujarnya.
Sutradara Rama Suprapto menduga hampir semua seniman, termasuk seniman tari sekarang, frustrasi terhadap nasib rancang bangun PKJ TIM. Ditambah lagi, di luar sana banyak seniman tari kesusahan mendapatkan fasilitas ruang pertunjukan yang memadai.
”Isunya berkembang lagi ada wabah penyakit Covid-19 yang mengharuskan warga meningkatkan kewaspadaan tinggi terhadap daya tahan tubuh. Akibatnya, acara-acara pertunjukan yang menyedot banyak orang untuk berkumpul harus ditunda. Tantangan tersebut menuntut seniman tari lebih kreatif memanfaatkan medium baru, seperti media sosial,” katanya.