Keris Kiai Nogo Siluman Pangeran Diponegoro Siap Dipamerkan
Keris Pangeran Diponegoro, Kiai Nogo Siluman, siap dipamerkan kepada publik di Indonesia. Sebelumnya, selama 189 tahun, benda bersejarah itu disimpan di museum di Belanda.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Museum Nasional Indonesia memastikan keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro tersimpan aman di dalam museum di Jakarta itu. Hanya saja, keputusan memamerkan keris yang disebut berada di Belanda lebih dari satu abad itu kepada publik masih menunggu keputusan pemerintah.
Keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro sudah tiba di Tanah Air, Kamis (5/3/2020), setelah 189 tahun berada di Belanda. Keris ini dipulangkan lima hari jelang lawatan kenegaraan Raja Belanda Willem-Alexander ke Indonesia. Museum Nasional menjadi tempat penyimpanan keris itu.
Penyerahan keris Kiai Nogo Siluman dilakukan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Ingrid van Engelshoven kepada Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja.
”Nanti, pihak istana (Presiden Joko Widodo) akan memutuskan. Kepastian yang saya terima adalah keris Kiai Nogo Siluman akan dipamerkan kepada publik,” ujar Kepala Museum Nasional Indonesia Siswanto saat ditemui di sela-sela acara Indonesian Art Galery: Gelar Karya Lukisan Indonesia, Jumat (6/3/2020) malam, di Jakarta.
Dia menekankan, keputusan memamerkan keris Kiai Nogo Siluman kepada publik adalah bagian dari tanggung jawab memaparkan sejarah kepada masyarakat.
Siswanto menambahkan, dalam waktu dekat juga akan digelar pameran 1.500 koleksi obyek bersejarah Indonesia dari eks Museum Nusantara Belanda yang kini bernama Museum Prinsenhof. Pameran adalah bagian dari diplomasi budaya kedua negara.
Koleksi tersebut tiba di Tanah Air pada 23 Desember 2019. Saat ini, proses pendataan sampai pengkajian koleksi sudah selesai dilakukan.
”Banyak versi cerita keberadaan 1.500 koleksi obyek bersejarah Indonesia bisa sampai ke Museum Nusantara Belanda, misalnya, sebagian rampasan. Hal terpenting sekarang adalah koleksi tersebut sudah aman di Museum Nasional,” katanya.
Menurut Siswanto, mekanisme pameran tidak akan langsung melibatkan seluruh koleksi, tetapi pameran akan memakai sistem kategori.
”Museum Nusantara Belanda pernah dipakai untuk mendidik tenaga yang akan dikirim ke Indonesia, misalnya materi pengetahuan budaya Indonesia. Maka, di antara koleksi tersebut ada peralatan pertunjukan seni wayang, miniatur rumah adat, dan perahu tradisional. Kami khawatir, jika seluruh koleksi dipamerkan bersamaan, pengunjung akan enek,” katanya.
Mengutip laporan majalah Historia, Peter Carey, sejarawan peneliti Pangeran Diponegoro, mengatakan, keris Kiai Nogo Siluman merupakan satu dari sekian benda pusaka ternama peninggalan selama perlawanan di Perang Jawa (1825 - 1830) yang disebut-sebut hilang. Namun, dia mengakui belum mengetahui secara pasti bagaimana keris itu dikabarkan dibawa negosiator ulung, Kolonel Jan-Baptist Cleerens, ke Belanda pada 1831.
Dalam Babad Diponegoro, Peter menjelaskan tak pernah ada catatan bahwa keris Pangeran Diponegoro dilucuti. Penyebutan keris Kiai Nogo Siluman hanya tertera pada dua dokumen. Dokumen pertama adalah surat Sentot Prawirodirjo, salah satu panglima perang Pangeran Diponegoro tertanggal 27 Mei 1830, kepada perwira kavaleri Belanda, François Delatre. Dokumen kedua adalah keterangan pelukis Raden Saleh yang menyebut keris pada Januari 1831 atas permintaan Direktur Koninklijke Kabinet van Zaldzaamheden (KKZ) SRP van de Kasteele.
Mengutip laporan BBC, Kamis (5/3/2020), Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sri Margana ikut tergabung dalam tim Indonesia yang menjemput dan memulangkan keris keris Kiai Nogo Siluman. Melihat ukurannya, dia menduga keris itu biasa dipakai untuk bertempur. Sri menambahkan, keris Kiai Naga Siluman tidak lebih penting dari keris Kiai Ageng Bondoyudo yang dikubur bersama jasad sang Pangeran di Makassar. Kompas berusaha menghubungi Sri untuk lebih lanjut mendapatkan penjelasan, tetapi belum mendapatkan respons.