logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanMisteri Arca Wisnu di...
Iklan

Misteri Arca Wisnu di Peradaban Kuno Buddha, Muaro Jambi

Temuan petani di Muaro Jambi, Jambi, akhir Februari 2020, mengejutkan para arkeolog. Temuan memperkuat adanya pengaruh Hindu di wilayah yang dikenal sebagai pusat peradaban kuno Buddha, abad VII hingga XIV.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/-9YTA7wvyKfN-VRisAg_Rh7PiCc=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F040c0a6d-0c45-4fa6-9d3a-048c393f3045_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Warga menemukan potongan arca, keramik kuno, serta struktur bata kuno di Desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (27/2/2020). Warga berharap ada penelitian arkeologis di sana.

Melintasi hutan dan kanal tua, sejumlah petani Muaro Jambi, Jambi, mendapati temuan tak terduga. Warisan kuno tersingkap, yang belakangan juga mengejutkan para arkeolog. Pertanyaan baru muncul, ada apa lagi di lahan bekas kebun karet itu?

Awalnya, sebuah perjalanan sejumlah petani menyusuri Batang Rawang, jalur kanal kuno di wilayah Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Di sejumlah titik, mereka menepikan perahu menembus hutan.

Di sebuah lokasi, fosil-fosil kayu yang disebut kayu sungkay banyak tersebar. Di sekitarnya, tersebar bata-bata tua yang bisa dipastikan dibawa dari lokasi lain. Ukuran bata itu jauh lebih besar dibandingkan bata yang biasa digunakan di masa kini.

Jika benar ini Arca Wisnu, sungguh temuan baru yang mengagumkan. Arkeolog harus serius meneliti lebih lanjut di sana.

Persis di bawah sebuah pohon duku, empat sungkay tegak membentuk mirip segi empat. Menurut Samsuri, warga setempat, kawasan itu dulunya disebut Kramat Jantung. ”Dari cerita turun temurun, tempat ini dulunya tempat eksekusi hukuman pancung atau gantung. Dinamakan Kramat Jantung. Mungkin di sinilah tempatnya,” katanya, Kamis (27/2/2020).

Penelusuran berlanjut ke lokasi bernama Tanggo Rajo. Terdapat susunan bata kuno di balik permukaan tanah.  Ada pula lokasi yang tanahnya berbentuk bukit-bukit kecil, seperti menyimpan bangunan di bawahnya.

Bergeser ke Muara Tengkulun, para petani itu menemukan pecahan keramik kuno dan gerabah tertanam menyebar di bawah permukaan tanah. Lalu, di sebuah lokasi bernama Mandi Bulan, warga menemukan pecahan keramik tua dan gerabah. Mereka juga menemukan struktur bangunan bata tua yang juga terpendam di bawah permukaan tanah.

https://cdn-assetd.kompas.id/qDtdGBKa_2OsxqNELowt6vdX4fQ=/1024x688/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Fb73c4c11-6f8e-4319-84f7-b4dd8d8bc64a_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Warga menemukan struktur bata kuno di lahan warga di Desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Kamis (27/2/2020).

Seusai permukaan tanah itu dibersihkan dan perlahan diangkat tanahnya, tampak struktur bata tua di kedalaman 30 sentimeter. Letaknya persis di bawah pohon kelat yang berusia ratusan tahun.

Struktur bangunan bata masih tampak hingga pengupasan sepanjang 2 meter. Warga memutuskan berhenti. ”Kami berharap temuan ini bisa segera ditindaklanjuti ahlinya (arkeolog),” kata Nurhaidin, Ketua RT 001 Dusun Parit Panjang.

Temuan lain adalah pecahan-pecahan perunggu tua kehijauan yang ditumbuhi jamur. Setelah pecahan-pecahan disatukan, menyerupai bagian tangan dan badan. Pemilik lahan, Asnawi (38), menceritakan temuan itu di luar dugaan. Awalnya, lahan berupa hutan karet dibuka dengan buldoser. Ia hendak menanam sayuran di atasnya.

https://cdn-assetd.kompas.id/d6Aiakvp8pib21msmcS2bM0MUhM=/1024x688/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Ff5c56a68-3c05-43f1-bb00-f087cb2392ab_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Pecahan yang diduga terompet dari cangkang moluska alias sangkha yang biasa dipegang Arca Wisnu didapati petani di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi. Warga berharap dilakukan upaya penelitian arkeologi di kawasan itu. Gambar diambil Kamis (27/2/2020).

Iklan

Sewaktu lahan sudah terbuka, Asnawi mulai menyiapkan lubang tanam. Saat itulah ia dapati pecahan-pecahan perunggu. Setelah dikumpulkan ada 11 pecahan dengan warna serupa. Pecahan itu membentuk tangan yang memegang sejenis cangkang moluska. Ada pula sebuah benda berbentuk lingkaran dengan palang di tengahnya.

Pengaruh Hindu

Arkeolog senior dari Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Junus Satrio Atmodjo, kagum mengetahui temuan-temuan baru itu. Ia menyebut pecahan-pecahan itu menyerupai perwujudan Dewa Wisnu.

https://cdn-assetd.kompas.id/vtmSU_-li0nzDW0QsPvBRKK7fNc=/1024x688/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F744b1b88-381c-4779-8a7a-0d2a30374f34_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Pecahan yang diduga Arca Wisnu didapati petani di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi. Warga berharap dilakukan upaya penelitian arkeologi di kawasan itu. Gambar diambil Kamis (27/2/2020).

Lingkaran dengan palang di tengah adalah Cakra yang biasanya dipegang tangan kiri, sedangkan benda berbentuk seperti cangkang moluska disebut terompet sangkha. ”Jika benar ini Arca Wisnu, sungguh temuan baru yang mengagumkan. Arkeolog harus serius meneliti lebih lanjut di sana,” katanya.

Wisnu merupakan salah satu Dewa Trimurti yang dikenal sebagai dewa pemelihara. Dewa Wisnu lazim digambarkan bertangan empat. Tangan kanan depan mengambil sikap mudra dan membawa gada simbol kekuatan. Tangan kanan belakang memegang cakra lambang dunia yang berputar. Tangan kiri depan membawa bunga padma atau teratai sebagai lambang kebebasan. Adapun tangan kiri belakang memegang sangkha, sejenis terompet dari cangkang moluska, melambangkan pembebasan manusia dari kesulitan.

Di wilayah Muaro Jambi, yang selama ini dikenal sebagai pusat peradaban Buddha abad VII hingga XIV, belum pernah ditemukan jejak peradaban Hindu.

Dalam dunia penelitian, pengaruh ajaran Hindu pernah ditemukan pada sejumlah situs Buddha di Sumatera. Di Sumatera Selatan yang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya, ditemukan arca Ganesha berukuran besar dan juga arca Brahma, Wisnu, dan Siwa. Seluruhnya merupakan dewa Hindu.

Dalam jurnal yang ditulis peneliti Balai Arkeologi Sumsel, Sondang Siregar, arca-arca peninggalan Hindu juga didapati di situs Bumiayu, Sumatera Selatan.

Selanjutnya, arca Bhairawa yang merepresentasi sinkretisme (Hindu Budha) ditemukan pada 1877 dan 1879 di tengah sawah di sekitar Sungai Langsat, Sumatera Barat (Museum Nasional Guidebook, 1998).

Arca Wisnu di Sumatera pertama kalinya ditemukan di Kota Kapur, Bangka, tahun 1925 dan berlanjut 1994. Jumlahnya 13 potongan arca yang diduga berasal dari 3 sosok arca Wisnu. Pada ekskavasi 1996, ditemukan lagi delapan potongan arca. Keberadaan bangunan candi di Kota Kapur beserta temuan arca Wisnu menjadi bukti kuat adanya pengaruh India dan ajaran Hindu di Sumatera.

https://cdn-assetd.kompas.id/SPViZRjd8-XcPTmkCSqnBWVcAOU=/1024x688/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F7a6590ba-6b67-4015-93f9-5a595dbe8c34_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Pecahan keramik dan gerabah kuno didapati petani di Desa Jambi Kecil, Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi. Warga berharap dilakukan upaya penelitian arkeologi di kawasan itu. Gambar diambil Kamis (27/2/2020).

Menurut Junus, pecahan arca Wisnu yang ditemukan petani di Muaro Jambi jika disatukan menjadi besar ukurannya. Arca Wisnu dengan ukuran besar biasanya diletakkan dalam tempat ibadah. ”Maka perlu ditelusuri kemungkinan adanya candi peninggalan Hindu di sekitar itu,” katanya.

Satu-satunya temuan arca peninggalan Hindu pernah ditemukan belasan tahun silam di wilayah Koto Kandis, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Wujudnya berupa Dewi Laksmi dalam ukuran kecil. Kawasan itu diperkirakan permukiman Hindu pada masa lalu.

Adapun di wilayah Muaro Jambi, yang selama ini dikenal sebagai pusat peradaban Buddha abad VII hingga XIV, belum pernah ditemukan jejak peradaban Hindu. Namun, Junus tak memungkiri bahwa pada masa lalu pedagang Tamil asal India pernah mencari sumber-sumber emas melintasi Sungai Batanghari di Sumbar dan Jambi.

Jika kedatangan itu menandai tumbuhnya peradaban Hindu, sementara pada saat bersamaan telah ada pula peradaban Buddha, berarti menandakan sebuah potret kebersamaan para pemeluknya di Muaro Jambi. Hidup saling menghargai di tengah keberagaman. Sungguh pesan berharga bagi bangsa Indonesia.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000