Pascareformasi 1998 muncul jejaring gagasan yang tidak lagi digerakkan oleh super-institusi seni budaya tertentu. Jejaring gagasan ini membentuk semacam subkultur.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inisiatif gagasan seni budaya bergeser dari kultur sentralistik menuju basis-basis komunitas. Pemerintah pun mengubah pendekatannya dari peran sebagai kurator menjadi fasilitator.
Demikian benang merah forum diskusi ”Prospek Seni dan Kebudayaan 2020: Peranannya dalam Perkembangan Demokrasi Indonesia”, Rabu (26/2/2020), di Bentara Budaya Jakarta. Hadir sebagai pembicara pelaksana tugas Sekretaris Jenderal Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan, Direktur Eksekutif Yayasan Umar Kayam Kusen Alipah Hadi, Direktur Eksekutif Jakarta Biennale Farah Wardhani, seniman komunitas Ruang Rupa Reza Afisina, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan Ketua Komite Buku Nasional 2016-2019 Laura Bangun Prinsloo. Pelaksana Tugas Ketua Umum DKJ Danton Sihombing menjadi pembuka forum diskusi ini.
Hikmat mengatakan, pascareformasi 1998 muncul jejaring gagasan yang tidak lagi digerakkan super-institusi seni budaya tertentu. Jejaring gagasan yang lahir ini membentuk semacam subkultur.
”Mereka berani menciptakan ruang-ruang diskusi dan berkarya secara mandiri,” katanya.
Dulu pemerintah fokus menginisiasi kegiatan-kegiatan seni budaya sehingga terkesan birokratis, menjadi pelaku sampai kurator. Paradigma ini membuat iklim seni budaya tidak bagus.
Di ranah seni budaya, misalnya, publikasi tidak melulu mengandalkan media massa besar karena platform internet telah menjadi ruang baru berkarya. Apalagi, semangat yang dibawa internet adalah publikasi mandiri.
”Lahir pula komunitas nonkesenian, seperti komunitas peduli hak pejalan kaki. Komunitas seperti itu tidak percaya pada narasi tunggal,” ungkap Hikmat.
Di DKI Jakarta, menurut Danton, pembangunan jaringan transportasi umum terintegrasi berpotensi menciptakan ruang-ruang baru untuk pengembangan seni budaya. Apalagi, banyak anak muda usia 18-25 tahun yang menjadi loyalis karya seni budaya. Ini tampak pada penyelenggaraan Jakarta City Philharmonic yang selalu ditunggu-tunggu.
Kusen Alipah Hadi mengatakan, di desa, penyelenggaraan kegiatan seni menjadi ajang untuk mengaktifkan warga. Wujud kegiatan seni yang paling banyak digelar adalah festival.
Farah Wardhani menyebut Jakarta Biennale telah menjadi wadah ekosistem seni rupa bagi anak muda. Dalam perjalanan, Jakarta Biennale semakin berkembang sebagai ruang pertemuan ekspresi pemikiran seni dengan cara kekinian.
Sementara itu, Laura menceritakan bagaimana karya-karya buku penulis Indonesia semakin memiliki panggung di dunia. Di ajang Frankfurt Book Fair dan London Book Fair, buku-buku penulis Indonesia banyak diburu pasar buku global. Selain itu, muncul pula tawaran kerja sama, seperti menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat transit (hub) pasar perbukuan internasional.
Hal serupa disampaikan Reza Afisina yang memaparkan beberapa seniman Ruang Rupa terpilih sebagai direktur artistik di Dokumenta, Jerman, pada 2022 mendatang. Dokumenta adalah salah satu pergelaran seni rupa kontemporer bergensi di Eropa. Pencapaian ini dapat dipakai untuk saling memperkenalkan karya seni.
Menyikapi tren tumbuhnya komunitas-komunitas seni budaya, menurut Hilmar, pemerintahan sekarang lebih menekankan diri sebagai fasilitator, bukan kurator. ”Dulu pemerintah fokus menginisiasi kegiatan-kegiatan seni budaya sehingga terkesan birokratis, menjadi pelaku sampai kurator. Paradigma ini membuat iklim seni budaya tidak bagus. Dengan perubahan paradigma itu, diharapkan publik makin banyak berperan dan ekosistem seni budaya semakin terbentuk,” ujarnya.
Tahun ini, pemerintah sedang menyiapkan pembentukan Badan Layanan Umum yang menjadi pengelola dana abadi kebudayaan. Dana ini dapat dipakai untuk pengembangan ruang-ruang kreatif baru serta tata kelola seni budaya.