Sebenarnya Pemprov Banten ingin mengembalikan kejayaan Banten di masa lalu. Kesultanan Banten yang didirikan pada 1552 itu pernah mengalami masa kejayaan saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa.
Oleh
Anita Yossihara
·4 menit baca
Payung-payung raksasa yang mirip dengan peneduh Masjid Nabawi, Madinah, terbentang di halaman Masjid Agung Banten Lama di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Minggu (16/2/2020). Kursi-kursi taman juga terpasang di sekeliling reruntuhan Keraton Surosowan, istana sultan sekaligus pusat pemerintahan Banten Islam yang dibangun pada abad XVI.
Lampu hias dipasang di berbagai sudut halaman Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama. Tulisan ”Masjid Agung Banten Lama” dengan ukuran cukup besar juga terpajang di halaman depan masjid yang dibangun pada 1556 itu.
Sementara kios-kios semipermanen yang sebelumnya memenuhi jalan di halaman masjid sudah tak terlihat lagi. Kesan kumuh yang tiga tahun lalu masih terlihat sekarang sudah mulai hilang.
Tiga tahun terakhir, Pemerintah Provinsi Banten merealisasikan revitalisasi kawasan wisata sejarah Banten Lama yang sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Pemprov pun rela menanggung biaya sebesar Rp 200 miliar demi untuk menata bekas kompleks kerajaan Banten.
Gubernur Banten Wahidin Halim menyebut, biaya revitalisai Banten Lama dialokasikan secara bertahap selama tiga tahun berturut-turut. Tahap pertama dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2018, tahap kedua APBD 2019, dan terakhir APBD 2020.
Biaya sebesar itu rela dikeluarkan demi memikat lebih banyak lagi wisatawan. Selama ini rata-rata kunjungan ke Banten Lama mencapai 9 juta wisatawan per tahun. Umumnya mereka datang untuk berziarah ke makam para sultan Banten, seperti Sultan Maulana Hasanudin, pendiri Kesultanan Banten yang juga putra Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, salah seorang wali penyebar agama Islam di Nusantara (Wali Songo).
Pusat perdagangan internasional
Lebih dari itu, sebenarnya Pemprov Banten ingin mengembalikan kejayaan Banten di masa lalu. Kesultanan Banten yang didirikan pada tahun 1552 itu pernah mengalami masa kejayaan saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa tahun 1652-1682.
Pelabuhan Banten juga pernah menjadi bandar besar sekaligus pusat perdagangan internasional menggantikan Malaka yang jatuh ke tangan portugis pada awal abad XVI. Para pedagang dari berbagai belahan dunia, seperti Melayu, Benggala, Gujarat, Persia, Arab, China, Turki, Belanda, Inggris, dan Perancis, bertransaksi di sejumlah pasar di dekat pelabuhan serta keraton.
Kesultanan Banten pun sudah membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, seperti Turki, Inggris, Arab, Aceh, dan Makassar. Dari berbagai interaksi itu kemudian lahir sejumlah pemikir Islam berkaliber internasional, seperti Syeikh Nawawi Al Bantani dan Syeikh Abdul Karim Al Bantani. Selain menulis sejumlah kitab (buku) ilmu fikih, tasawuf, tauhid, tafsir, dan hadis, Syeikh Nawawi juga menjadi Imam Masjidil Haram, Mekkah. Adapun Syeikh Abdul Karim merupakan guru Tarekat Naqshabandiyah yang dikenal hingga Malaysia dan Singapura.
Pengalaman sejarah itulah yang rupanya menginspirasi Pemprov Banten untuk menjadikan Banten sebagai pusat budaya Islam dunia. ”Kami ingin mengembalikan era kejayaan Banten sebagai pusat budaya dan kajian Islam dunia seperti di masa lalu,” ujar Wahidin di hadapan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi.
Untuk itu, pemprov tak hanya merevitalisasi Banten Lama, tetapi juga kawasan wisata ziarah lain, seperti Caringin dan Cikadueun di Kabupaten Pandeglang. Untuk keperluan itu, pemprov menyiapkan dana hingga Rp 30 miliar.
Bukan hanya itu, Pemprov Banten juga berencana membangun Islamic Center di Tanara, tempat kelahiran Syeikh Nawawi. Gedung pusat kajian Islam itu dirancang agar bisa menampung 5.000 orang. Harapannya, Islamic Center Tanara menjadi lokasi pertemuan para ulama untuk mengkaji karya-karya para ulama, khususnya Syeikh Nawawi.
Gayung pun bersambut, rencana Pemprov Banten merevitalisasi kawasan wisata sejarah sekaligus menciptakan pusat budaya Islam dunia mendapat apresiasi dari Wapres Ma’ruf. Sebab, selama ini pemerintah pusat memang mendorong pemda untuk berinovasi, membangun daerah menjadi pusat wisata, budaya, dan religi.
”Karena itu, pemerintah menyambut baik inisiatif dari Gubernur Banten yang ingin menjadikan Banten sebagai pusat religi dunia,” kata Wapres menjelaskan di sela-sela peninjauan di Museum Kepurbakalaan.
Wapres melihat Banten punya potensi menjadi pusat wisata dan pusat pengembangan kebudayaan Islam dunia. Hal itu tentu tak terlepas dari sejarah Banten yang merupakan salah satu kerajaan Islam besar di Nusantara. Jauh sebelum Indonesia merdeka, para sultan Banten telah menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan di luar Nusantara, seperti Kesultanan Turki Utsmani. Tak hanya itu, di masa lalu Banten juga memiliki tokoh-tokoh ulama berkaliber internasional.
Mewakili pemerintah pusat, Wapres pun menyampaikan dukungan terhadap upaya Pemprov Banten menjadikan Banten sebagai pusat kebudayaan dan kajian Islam dunia. Wapres pun berjanji akan membantu apa pun yang diperlukan untuk mewujudkan mimpi Pemprov Banten. Tentu siapa pun boleh bermimpi, tetapi untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika revitalisasi hanya dilakukan hanya demi proyek semata.