Diobservasi, Dampak Kunjungan di Lantai 9-10 Candi Borobudur
Menghindari dampak kerusakan yang lebih parah akibat kunjungan wisatawan, lantai 9 dan 10 Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini dinyatakan ditutup bagi pengunjung.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Menghindari dampak kerusakan yang lebih parah akibat kunjungan wisatawan, lantai 9 dan 10 Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini dinyatakan ditutup bagi pengunjung. Penutupan dua lantai candi ke atas itu dilakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Selama penutupan tersebut, Balai Konservasi Borobudur (BKB) terus mengkaji dan melakukan observasi untuk menemukan cara tepat mengantisipasi dampak kerusakan akibat kunjungan pada batu candi.
”Dari hasil observasi ini, barulah nanti kami bisa mengetahui apakah penutupan ini perlu untuk dilakukan seterusnya ataukah cukup dengan melakukan pengaturan pengunjung saja,” ujar Kepala BKB Tri Hartono di Magelang, Kamis (13/2/2020). Kebijakan penutupan diputuskan pada Rabu, 12 Februari, dan langsung diberlakukan Kamis pagi.
Sebenarnya kondisi lantai 8 juga termasuk bagian dengan kerusakan parah. Namun, untuk memberikan kesempatan pengunjung berfoto di depan stupa teras, diputuskan lantai 8 tetap dibuka.
Dari hasil observasi ini, barulah nanti kami bisa mengetahui apakah penutupan ini perlu untuk dilakukan seterusnya ataukah cukup dengan melakukan pengaturan pengunjung saja.
Dari hasil observasi visual, lantai 8-10 adalah lantai dengan kerusakan terparah. Kerusakan tersebut terlihat, antara lain, dari permukaan lantai yang aus, cekung, dan licin. Kerusakan juga terjadi pada badan stupa, seperti ukiran sebagian padma atau bunga di sekitar stupa teras yang mulai tidak terlihat.
Ukiran-ukiran hilang dan permukaan berubah menjadi datar, polos, dan sebagian di antaranya bahkan kesat dan licin. Hal ini terjadi karena bagian tersebut sering menjadi tempat bersandar pengunjung yang ingin berfoto di depan stupa.
Tidak hanya di lantai dan bagian stupa, bagian tangga naik dan turun pun sudah terpantau aus dan rusak. Di bagian tangga inilah, batuan candi tergerus berkisar 0,1-0,2 sentimeter dan di sebagian tempat bahkan ada gerusan hingga 4 sentimeter.
Mengatur kunjungan
Mengacu pada kondisi tersebut, Tri mengatakan, selain upaya penutupan ini, pihaknya pun berencana mengatur jumlah kunjungan wisatawan. Upaya ini dilakukan dengan melibatkan pemandu wisata. Setiap pemandu nanti dibatasi, hanya boleh membawa pengunjung dalam jumlah tertentu. Dengan komunikasi antarpemandu, pengunjung dapat bergantian naik ke candi dan tidak semuanya datang, berdesakan saat berwisata ke candi dalam hitungan waktu yang sama.
Seiring dengan rencana pembatasan dan pengaturan pengunjung tersebut, Tri mengatakan, pihaknya akan membuka diri, bekerja sama dengan balai ekonomi desa (balkondes) di Kecamatan Borobudur, untuk membuat sejumlah replika relief Candi Borobudur yang bisa menjadi obyek kunjungan di balkondes. BKB pun nantinya akan membantu menyiapkan cerita sejarah menyangkut relief tersebut.
”Dengan upaya ini, pengunjung bisa paham benar tentang candi tanpa harus pergi ke candi,” ujarnya.
Upaya penutupan dan rencana pengaturan pengunjung ini diharapkan bisa dipahami pengunjung sebagai bagian dari upaya konservasi, menjaga Candi Borobudur tetap lestari.
”Setelah kita mengeksplorasi habis-habisan untuk kepentingan wisata, marilah kita sekarang mulai berpikir tentang masalah konservasi Candi Borobudur,” ujarnya.
Sejumlah pengunjung, saat ditemui, juga mengakui tidak keberatan dengan penutupan lantai 9-10. Amanda (22), pengunjung asal Malang, mengatakan, dirinya memahami penutupan tersebut dilakukan demi alasan konservasi.
”Daripada nanti terjadi kerusakan yang semakin parah, sebaiknya dua lantai teratas ditutup saja,” ujarnya. Amanda sudah lebih dari lima kali mengunjungi Candi Borobudur dan menyadari bahwa lantai di tingkat 9-10 aus karena tidak rasa dan sedikit licin.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono mengatakan, pihaknya mendukung semua upaya konservasi yang dilakukan oleh BKB. Namun, dia berharap agar kebijakan terkait penutupan sebagian area candi tidak diputuskan dan diberlakukan secara mendadak.
Kebijakan tersebut cukup mengagetkan karena baru disampaikan pada Rabu sore. Setelah itu, menurut Edy, pihaknya pun harus terburu-buru menyampaikan hal itu kepada biro travel. Pihaknya juga akan menginformasikan kepada biro travel yang membawa rombongan yang membayar paket sunrise atau paket menikmati matahari terbit di Candi Borobudur.