Jalan panjang diplomasi yang sudah dirintis Komite Buku Nasional sejak beberapa tahun lalu terancam berhenti setelah Surat Keputusan mereka tak diperpanjang
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Indonesia dipercaya sebagai tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015 di Frankfurt, Jerman. Selanjutnya, pada pameran buku London Book Fair 2019, Indonesia juga terpilih sebagai negara market focus atau negara fokus pemasaran dengan masa kontrak hingga tahun 2020. Namun, gerakan diplomasi literasi berikutnya terhambat oleh perubahan birokrasi.
Lewat Frankfurt Book Fair (FBF), Indonesia memperkenalkan karya literasi Indonesia ke panggung dunia. Acara itu dihadiri lebih dari 7.500 peserta dari 109 negara dan sekitar 285.000 pengunjung. Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang pernah terpilih sebagai tamu kehormatan dalam ajang pameran buku terbesar dunia itu.
Dengan pencapaian tersebut, wajar jika kemudian negara-negara Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Filipina, Vietnam, hingga Thailand, sering meminta masukan dari Indonesia. ”Kami dari KBN (Komite Buku Nasional) berkali-kali diundang negara-negara itu,” kata Ketua KBN Laura Bangun Prinsloo, beberapa waktu lalu.
Pada 14-18 Oktober 2020, giliran Kanada akan menjadi tamu kehormatan atau Guest of Honour FBF 2020. Kontrak komitmen Kanada sudah ditandatangani sejak 6 Oktober 2016, dengan slogan ”Singular Plurality” (Pluralitas Tunggal). Persiapan menjadi tamu kehormatan memang panjang. Negara tamu kehormatan mesti memiliki anggaran khusus dana penerjemahan dan minimal memiliki 200 judul buku yang diterjemahkan ke bahasa Jerman. Untuk memantapkan persiapan, Presiden Kanada FBF 2020 Caroline Fortin berkali-kali berkonsultasi ke KBN di Indonesia.
Indonesia sebagai ”market focus”
Selain dipercaya sebagai tamu kehormatan FBF 2015, pada pameran buku London Book Fair (LBF) 2019, 12-14 Maret, Indonesia juga terpilih sebagai negara ”Market Focus” atau negara fokus pemasaran. Masa kontrak Indonesia sebagai ”Market Focus” London Book Fair berlangsung hingga 2020.
Kontrak Indonesia sebagai negara market focus LBF ditandatangani Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Josua PM Simanjuntak dan Direktur Grup Pameran London Book Fair (LBF) Jacks Thomas dalam nota kesepahaman pada 2018. Adapun, masa kontrak tersebut berlangsung selama tiga tahun.
Namun, sebelum masa kontrak itu habis, Bekraf justru melebur masuk ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Akibatnya, tidak jelas lembaga mana yang akan bertanggungjawab melanjutkan komitmen kontrak ini. Saat dikonfirmasi, Wakil Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik yang kini menjadi Staf Khusus Menparekraf Wishnutama tak bisa memberikan keterangan apa-apa.
Pengingkaran komitmen kontrak ini merupakan persoalan serius. Konsekuensinya, Pemerintah Indonesia berpotensi dituntut secara hukum karena mengingkari kontrak penyelenggaraan LBF. Selain tuntutan hukum, hal yang paling merugikan dari ketidakonsistenan ini adalah, citra dan reputasi Indonesia di bidang literasi akan tercoreng di tingkat internasional.
Ketidakseriusan Indonesia melanjutkan gerakan diplomasi literasi di tingkat internasional juga tampak dari tidak dilanjutkannya Surat Keputusan masa tugas KBN oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
“Minat baca kita pada buku-buku umum rendah karena memang tidak ada penggalakan budaya bahasa oleh Kemendikbud. Buku-buku yang diurus pemerintah hanya buku-buku sekolah. Buku-buku umum sendiri tidak ada ‘gulanya’ sehingga kurang diperhatikan pemerintah,” kata Laura.
Minat baca kita pada buku-buku umum rendah karena memang tidak ada penggalakan budaya bahasa oleh Kemendikbud.
Direktur Borobudur Agency sekaligus anggota Promosi Literasi dan Lisensi Hak Cipta Internasional KBN, Thomas Nung Atasana mengatakan, setelah Indonesia dipercaya sebagai tamu kehormatan pada FBF 2015, banyak penerbit-penerbit luar negeri yang kemudian membeli hak cipta buku-buku Indonesia.
Perhelatan pameran-pameran buku internasional sangat efektif menjaring peminat-peminat hak cipta buku dari berbagai penjuru dunia. Setiap penerbit berusaha mendapatkan hak cipta dari buku-buku laris dunia untuk diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Penerbit juga proaktif menawarkan buku-buku mereka agar bisa diterjemahkan ke beberapa macam bahasa.
Sayangnya, jalan panjang diplomasi yang sudah dirintis KBN sejak beberapa tahun lalu terancam berhenti setelah SK mereka tak diperpanjang. Hari, Jumat (7/2/2020) besok mereka akan boyongan meninggalkan kantor Kemendikbud. Setelah dibangun lama, tiba-tiba dihentikan tanpa alasan.