Amalkan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan untuk Sokong Perdamaian Dunia
Piagam Persaudaraan Kemanusiaan tidak hanya untuk ditandatangani dan diperingati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan nyata dan diinternalisasikan ke dalam peradaban dunia.
Oleh
Insan Alfajri
·2 menit baca
Kompas/Wawan H Prabowo
Ketua Kehormatan Presidium Inter Religius Center (IRC) Indonesia Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama menyampaikan pesan toleransi di kantor Center for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC), Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019). Pertemuan tersebut menjadi salah satu kegiatan yang digelar untuk memperingati Hari Toleransi Internasional tanggal 16 November.
JAKARTA, KOMPAS — Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang dideklarasikan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, diharapkan tak sekadar dirayakan. Deklarasi Abu Dhabi itu harus diamalkan untuk menyokong perdamaian dunia.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin saat berada di Zagreb, Kroasia, pada 4-5 Februari 2020. Dia menghadiri konferensi bertajuk ”Al-Ukhuwwah al-Insaniyah li Ta’ziz al-Silm wa al-Amni (Human Brotherhood for the Enhancement of Peace and Security)”, yang digelar untuk memperingati setahun Piagam Persaudaraan Kemanusiaan.
Piagam Persaudaraan Kemanusiaan ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb pada 4 Februari 2019. Penandatanganan itu bersejarah karena untuk pertama kalinya Paus melawat ke jazirah Arab. Dalam muhibah itu, Paus Fransiskus juga memimpin misa yang dihadiri 180.000 umat Katolik dari jazirah Arab.
Din menjelaskan, Piagam Persaudaraan Kemanusiaan tidak hanya untuk ditandatangani dan diperingati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan nyata dan diinternalisasikan ke dalam peradaban dunia. Menurut Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta itu, disrupsi yang dialami dunia harus segera ditanggulangi bersama. Kerusakan global akumulatif yang ditimbulkan bersifat struktural dan sistematis.
”Jika tidak ditanggulangi, akan membawa dampak sistemik terhadap kerusakan peradaban,” katanya dalam keterangan tertulis.
Selain mengarusutamakan moderasi dalam beragama, lanjut Din, persaudaraan kemanusiaan harus menjadi pijakan kehidupan umat. Hal ini diperlukan karena umat manusia sudah terkotak-kotak dalam egosentrisme, baik atas dasar agama, ras, etnis, maupun kepentingan ekonomi dan politik.
AFP/VINCENZO PINTO
Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb saling menyambut saat keduanya bertukar dokumen dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019).
Konferensi di Kroasia yang dihadiri Din diikuti sekitar 200 tokoh agama Islam, Kristen, dan Yahudi dari sejumlah negara. Acara dibuka oleh Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic. Hadir pula dalam pembukaan, Perdana Menteri Kroasia Andrej Plencovic dan Sekretaris Jenderal Liga Islam Sedunia Abd al-Karim al-’Isa.
Saling memahami
Percakapan dalam konferensi berkisar pada perspektif teologis dari setiap agama terkait persaudaraan kemanusiaan. Pertemuan itu meyakini bahwa umat manusia sejatinya bersaudara. Oleh sebab itu, persaudaraan kemanusiaan harus terus dirawat.
”Kesadaran akan persaudaraan kemanusiaan itu meniscayakan adanya rasa kasih sayang yang melintasi tapal batas primordial, seperti agama, ras, bangsa, dan suku-bangsa,” katanya.
Anak muda yang tergabung dalam Pemuda Lintas Iman menyalami para suster di Biara Santa Maria, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/12/2019). Kunjungan dalam rangka open house Yayasan Santo Dominikus Cirebon itu juga untuk meneguhkan toleransi di Cirebon yang dikenal sebagai Kota Wali.
Din menambahkan, perasaan kasih sayang harus mewujud dalam rasa hormat dan saling memahami. Kemudian, hal itu akan mendorong kerja sama dan sesama umat pun akan saling melindungi.
”Sayangnya, ajaran-ajaran agama yang luhur dan agung ini mudah dikatakan tetapi susah dilaksanakan,” ujarnya.