Tiga Museum Belanda Siap Kembalikan Koleksi Jarahan Perang ke Indonesia
Museum-museum di Eropa, khususnya Belanda, kini cenderung mengembalikan benda-benda budaya hasil jarahan perang ke negara asalnya. Benda-benda bersejarah itu membutuhkan perawatan dan tempat penyimpanan yang baik.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akhir-akhir ini muncul kecenderungan dari museum-museum di Eropa, khususnya Belanda, untuk mengembalikan benda-benda budaya jarahan perang ke negara asalnya. Setelah Museum Nusantara Delft, ada tiga museum di Belanda yang menawarkan lagi pemulangan benda-benda warisan budaya ke Indonesia.
Tiga museum yang mengajukan penawaran pengembalian koleksi benda jarahan perang adalah Rijks Museum, Tropen Museum, dan Volkenkunde Museum. Tropen Museum dan Volkenkunde Museum merupakan dua museum yang tergabung dalam Nationaal Museum van Wereldculturen.
Komitmen untuk melaksanakan repatriasi sebelumnya disampaikan Stijn Schoonderwoerd, Direktur Nationaal Museum van Wereldculturen, dalam surat kabar Belanda, NRC, 1 Maret 2019 dalam artikel berjudul ”Seni yang Dicuri oleh Negeri Kolonial”. Menurut Stijn, Nationaal Museum van Wereldculturen tidak akan menanti sampai ada klaim dari negara-negara yang pernah dijarah benda-benda budayanya. Museum akan proaktif menawarkan koleksinya (khususnya benda-benda jarahan) untuk dikembalikan ke negara asalnya.
Pemerintah Indonesia, khususnya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyambut baik tawaran ini. ”Akan ada kerja sama untuk melakukan riset tentang asal-usul koleksi dimulai dari beberapa obyek yang disepakati bersama. Kerangka kerja samanya sedang dibahas dengan -pihak terkait dan harapannya akhir Januari 2020 sudah ada jadwal bersama,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Jumat (3/1/2020), di Jakarta.
Akan ada kerja sama untuk melakukan riset tentang asal-usul koleksi dimulai dari beberapa obyek yang disepakati bersama.
Riset asal-usul koleksi museum yang akan dikembalikan dimulai dengan penyusunan daftar benda oleh Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie (NIOD) National Museum van Wereldcultuern dan Rijks Museum. Sementara Indonesia membentuk tim khusus untuk mengkaji asal-usul benda yang ditawarkan.
Pembahasan rencana repatriasi sudah dilakukan bersama tiga museum di Belanda, yaitu Rijks Museum, Tropen Museum, dan Volkenkunde Museum. Khusus dengan Rijks Museum, ada rencana bersama yang disiapkan, yakni pameran bersama antara Museum Nasional (Indonesia) dan Rijks Museum (Amsterdam) dengan tema ”Revolusi Indonesia”. Pameran akan digelar di Rijks Museum pada 2021 dan di Museum Nasional pada 2022.
Krisis ekonomi
Pada 23 Desember 2019, Museum Nusantara Delft, Belanda, telah mengembalikan 1.500 benda bersejarah Indonesia. Repatriasi ini sudah dipersiapkan sejak empat tahun lalu, tepatnya Oktober 2015.
Kepala Seksi Registrasi Museum Nasional Gunawan mengatakan, krisis ekonomi yang melanda Eropa turut berdampak pada pengelolaan museum-museum di sana. Salah satu museum yang terkena imbasnya adalah Museum Nusantara Delft yang akhirnya mengembalikan ribuan koleksinya ke Indonesia. Dahulu, koleksi Museum Nusantara Delft dimanfaatkan Pemerintah Belanda sebagai sarana pembelajaran bagi calon pejabat Belanda yang akan dikirim ke Indonesia.
”Museum ini sempat tutup dan menyimpan koleksi-koleksinya di sebuah lembaga di Belanda. Museum-museum lain banyak yang kemudian merger bergabung jadi organisasi lebih ringkas. Museum Nusantara Delft akhirnya mengubah tema dan berganti nama jadi Museum Prinsenhof Delft,” paparnya.
Pengembalian koleksi dari Belanda ke Indonesia dilakukan PT Bhanda Ghara Reksa, sebuah BUMN logistik. Pemerintah Indonesia hanya menanggung biaya pengembalian koleksi, sedangkan status barangnya dihibahkan atau diberikan secara cuma-cuma.
Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Museum Nasional Nusi Lisabilla Estuadiantin mengatakan, pengembalian koleksi-koleksi bersejarah menjadi pekerjaan rumah sekaligus tanggung jawab besar karena standar pengelolaan dan perawatannya minimal harus sama seperti yang dilakukan museum-museum Belanda.
”Benda-benda ini dulu disimpan di negara empat musim dan sekarang dibawa ke negara tropis. Tentu ini membutuhkan perlakukan yang khusus. Jangan sampai setelah dikembalikan ke Indonesia, koleksi-koleksi tersebut justru tidak terawat,” ucapnya.
Untuk mempersiapkan penyimpanan koleksi-koleksinya yang semakin banyak, Museum Nasional telah membangun gedung berlantai 3 di belakang Taman Mini Indonesia Indah. Gedung itu berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan pelatihan konservasi benda-benda koleksi museum.
Menurut Kepala Museum Nasional Siswanto repatriasi benda-benda bersejarah dari Belanda menambah jumlah koleksi Museum Nasional yang kini mencapai 190.000 item. Tahun ini, Museum Nasional akan membuka kembali Gedung A dengan tata pamer baru, sementara Gedung B dan C bisa dimanfaatkan untuk acara-acara publik yang terkait dengan kebudayaan.