Mahasiswa baru Universitas Padjajaran, Bandung, diminta menghindari paham radikalisme. Sebagai anak muda dengan keingintahuan tinggi namun emosional, mahasiswa baru gampang terpapar paham radikalisme selain memang disasar oleh jaringan itu.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Mahasiswa baru Universitas Padjajaran, Bandung, diminta menghindari paham radikal. Sebagai anak muda dengan keingintahuan tinggi namun emosional, mahasiswa baru gampang terpapar radikalisme selain memang disasar oleh jaringan itu.
“Terorisme itu mindset (pola pikir), dan kita tidak bisa baca pikiran orang. Tidak ada yang bisa menjamin siapa yang terpapar radikalisme. Karena itu, marilah kita menghindari radikalisme dengan memupuk rasa kebangsaan dan persatuan, serta melaporkan kegiatan yang mencurigakan ke pihak yang berwajib,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius dalam kuliah umum yang diikuti sekitar seribu mahasiswa baru Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Kamis (29/8/2019).
Perhatian khusus terhadap mahasiswa baru memang beralasan. Suhardi menuturkan, gelombang mahasiswa baru menjadi pintu masuk bagi penyebarluasan paham-paham radikali di lingkungan kampus.
Dengan memanfaatkan kondisi mahasiswa baru yang biasanya memiliki rasa keingintahuan tinggi dan emosional, para penyebar radikalisme masuk ke dalam kegiatan keagamaan, pertemanan dan grup-grup media sosial dan internet.
Suhardi berharap pihak kampus memiliki upaya untuk menangkal radikalisme dengan membekali civitas akademika pemahaman kebangsaan yang tinggi. Selain itu, pengawasan terhadap kegiatan kampus di setiap elemen kampus dibutuhkan sehingga paham yang bertujuan memecah belah bangsa dengan menanamkan nilai etnosentris dapat ditekan.
Jaringan-jaringan radikal ini memiliki data, mahasiswa baru ini menjadi sasaran. (Suhardi Alius)
“Jaringan-jaringan radikal ini memiliki data, mahasiswa baru ini menjadi sasaran. Karena itu kita harus berhati-hati. Setiap saya ceramah di kampus, pasti saya meminta mentor kegiatan di kampus untuk mahasiswa baru adalah mahasiswa yang moderat untuk menekan paham radikalisme,” ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unpad Rina Indiastuti menyatakan, materi radikalisme dari Suhardi sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa baru di Unpad yang berjumlah sekitar 6.500 orang. Saat mahasiswa baru masuk dalam tahapan persiapan bersama (TPB), materi-materi dan etika kebangsaan diberikan sehingga setiap mahasiswa baru mendapatkan pemahaman perihal kebangsaan.
Selain itu, dosen pun diberikan pemahaman berkala untuk menjaga toleransi dan bermasyarakat. Menurut Rina, hal tersebut dilakukan agar proses perkuliahan dan aktivitas lainnya di kampus jauh dari paham radikal.
"Unpad menjadi kampus yang menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perwakilan mahasiswa dari semua fakultas menghadiri kuliah umum ini. Jadi mereka memiliki bekal, selain berkuliah, mereka juga tahu bermasyarakat dan cinta tanah air,” ujarnya.
Fanny Widiantari (17), mahasiswa Jurusan Sosiologi angkatan 2019 yang hadir dalam kuliah umum menuturkan, materi yang disampaikan bisa membuka pemikirannya tentang paham radikal yang patut dihindari. “Kalau sekarang, belum ada senior yang memanggil atau mengajak saya dalam kegiatan tertentu. Dari informasi ini, saya jadi tahu, kalau ada senior yang mengajak ikut kegiatan, saya perlu skeptis, harus tahu jenis kegiatannya apa. Kalau memuat materi radikal atau bahkan yang jauh dari nilai-nilai Pancasila, saya harus hindari,” tuturnya.