Orangtua Diarahkan Mendaftar ke Sekolah yang Masih Memiliki Kuota
Sebanyak hampir 2.000 calon peserta didik tidak diterima dalam seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) pada zona umum sekolah menengah atas dan jalur pendaftaran umum untuk sekolah menengah kejuaruan di Nusa Tenggara Barat. Agar tetap terakomodasi, calon siswa yang tidak diterima bisa mendaftar di sekolah-sekolah yang masih memiliki kuota kosong pada 12-17 Juli 2019.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sebanyak hampir 2.000 calon peserta didik tidak diterima dalam seleksi penerimaan peserta didik baru pada zona umum sekolah menengah atas dan jalur pendaftaran umum untuk sekolah menengah kejuruan di Nusa Tenggara Barat.
Agar peserta didik yang tidak diterima tetap bisa bersekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat (NTB) mengarahkan mereka untuk mendaftar ke sekolah-sekolah yang masih memiliki kuota kosong dari 12-17 Juli 2019.
Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) NTB yang juga Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB Aidy Furqan di Mataram, Selasa (9/7/2019) siang, mengatakan, mereka mengumumkan PPDB untuk zona umum sekolah menengah atas negeri (SMAN) dan jalur pendaftaran umum sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) pada Senin malam sekitar pukul 22.00 Wita.
Misalnya, semua ingin otomotif sehingga yang lain tersisihkan. Padahal, mereka bisa memilih tiga kompetensi pada tiga sekolah atau tiga kompetensi pada satu sekolah.
Dari hasil seleksi, menurut Aidy, sebanyak 404 calon peserta didik tidak diterima dalam PPDB pada zona umum SMAN. Sementara untuk SMKN sebanyak 1.515 anak. Banyaknya calon peserta yang tidak diterima, terutama SMK, karena calon peserta didik menumpuk pada kompetensi atau jurusan tertentu.
”Misalnya, semua ingin otomotif sehingga yang lain tersisihkan. Padahal, mereka bisa memilih tiga kompetensi pada tiga sekolah atau tiga kompetensi pada satu sekolah,” kata Aidy.
Selain itu, kata Aidy, terjadi error pada sistem. Hal itu berakibat calon peserta didik tidak terdata, seperti yang terjadi di Kota Mataram. ”Dari 88 orang yang tidak bisa diterima di Mataram, sebanyak 80 persen berasal dari Kelurahan Pagesangan. Kemungkinan ada error (pada sistem) untuk wilayah tersebut. Terkait hal itu, kami siap untuk menfasilitasi mereka agar bisa bersekolah di sekolah negeri yang ada di Mataram,” tutur Aidy.
Menurut Aidy, untuk menangani persoalan tersebut, mereka mengarahkan siswa yang tidak diterima untuk mendaftar ke sekolah-sekolah yang masih tersedia kuota penerimaan PPDB di setiap kabupaten kota.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, tercatat masih ada 8.568 kuota atau bangku kosong pada 126 SMAN dan 10.817 pada 92 SMKN di seluruh NTB.
”Untuk sekolah yang kuotanya masih kurang atau belum tercukupi, masih diberikan kesempatan untuk membuka pendaftaran dari 12-17 Juli 2019. Jika kuotanya sudah terpenuhi, bisa langsung menutup pendaftaran. Khusus SMAN, yang diterima harus berada di zonanya,” kata Aidy.
Mengadu
Berdasarkan pantauan Kompas, pascapengumuman, calon peserta didik ditemani orangtua pada Selasa pagi langsung datang ke sekolah untuk daftar ulang. Calon peserta didik yang tidak diterima juga datang untuk mempertanyakan kemungkinan mendapatkan bangku.
Tidak hanya ke sekolah, para orangtua dan anaknya juga datang ke Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB. Begitu sampai, mereka langsung menemui Panitia PPDB yang memang membuka tempat pengaduan.
”Saya kesini untuk meminta agar anak saya bisa masuk ke SMKN 3 Mataram. Dia ingin sekali mengambil jurusan multimedia di sana. Ketika kemarin tahu tidak lulus, dia tidak berhenti menangis,” kata Paito Utomo (78), salah satu orangtua.
Menurut Paito utama, ia akan berusaha agar keinginan anaknya terpenuhi. ”Saya sedang usaha agar bisa diterima. Saya tawarkan ke SMKN lain, dia menolak. Ngotot mau ke SMKN 3 Mataram,” kata Paito yang mengetahui jika kuota di SMKN 3 Mataram telah penuh.
Untuk sekolah yang kuotanya masih kurang atau belum tercukupi, masih diberikan kesempatan untuk membuka pendaftaran dari 12-17 Juli 2019. Jika kuotanya sudah terpenuhi, bisa langsung menutup pendaftaran. Khusus SMAN, yang diterima harus berada di zonanya.
Hal serupa dilakukan Saringsih (37). Hanya saja, ia ke sana untuk meminta anaknya agar tetap bisa bersekolah. ”Dia awalnya ingin masuk SMKN 4 jurusan Boga, tetapi tidak diterima. NAmun, sekarang, saya dan dia sepakat ke sekolah mana saja bisa yang penting bersekolah. Pelan-pelan, dia bisa menyesuaikan diri dengan jurusan itu,” kata Saringsih.
Menurut Aidy, pengaduan karena tidak sesuai dengan pilihan juga banyak mereka terima. ”Calon peserta didik memaksakan ingin bersekolah di sekolah pilihan tertentu. Padahal, saat pendaftaran ada tiga pilihan. Ternyata mereka memilih satu yang dominan ingin ditempati (banyak pendaftar). Selain itu, kuota terbatas sehingga tidak bisa diakomodasi,” kata Aidy.
Akan tetapi, ada juga orangtua yang menerima meskipun tidak sesuai dengan jurusan yang diinginkan anaknya. ”Anak saya ingin jurusan Boga. Namun, diterima di jurusan Usaha Perjalanan Wisata. Sebenarnya tidak sesuai dengan minatnya, tetapi kalau protes nanti menimbulkan masalah baru atau jadi ribet,” kata Pitoni yang menemani anaknya, Maharani, mendaftar ulang di SMKN 4 Mataram.