Jambore Pasraman Hindu Tingkat Nasional Diadakan di Bali
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Jambore Pasraman Tinglat Nasional ke-5, di Denpasar Bali. Acara tiga tahunan jambore ini berlangsung mulai 2 Juli hingga 7 Juli 2019, mendatang di Hotel Aston Denpasar.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Jambore Pasraman Tingkat Nasional ke-5, di Denpasar Bali. Acara tiga tahunan jambore ini berlangsung pada 2-7 Juli 2019 di Hotel Aston Denpasar.
Sebanyak 1.000 peserta datang mewakili 33 provinsi se-Nusantara. Mereka berbagi pengalaman, bertanding dalam beragam perlombaan, serta pendalaman keagamaan Hindu. Tahun ini jambore bertajuk ”Jambore Pasraman Tingkat Nasional Ke-5 sebagai Wahana Meningkatkan Kepekaan dan Solidaritas untuk Kesadaran Generasi Mudi Hindu dalam Tanggung Jawab Membangun Masa Depan Bangsa”.
Peserta didik Pasraman kelak dapat tampil dalam barisan terdepan dan bertanggung jawab membangun masa depan bangsa ini menuju Indonesia yang lebih baik.
Ketua Panitia I Wayan Budha mengharapkan penyelenggaraan jambore ini mampu menjadi media dalam menanamkan jiwa dan semangat kebersamaan, kepedulian, dan cinta Tanah Air, serta semangat pengabdian kepada bangsa dan negara. ”Peserta didik Pasraman kelak dapat tampil dalam barisan terdepan, dan bertanggung jawab membangun masa depan bangsa ini menuju Indonesia yang lebih baik,” kata Budha, dalam siaran persnya, di Denpasar, Kamis (4/7/2019).
Budha menjelaskan, gelaran kompetisi ini bagian dari meningkatkan kompetensi, profesionalitas, moral, dan etika dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian, kegiatan Jambore Pasraman Tingkat Nasional V mendatang bisa mencapai sasarannya, yaitu mampu mendorong dinamika generasi muda Hindu menjadi lebih dinamis, eksploratif dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasannya.
Selain itu, jambore juga memupuk jiwa patriotisme, nasionalisme, dan semangat membangun untuk kejayaan negara, dengan memupuk rasa tanggung jawab (sense of belonging) dan rasa kepedulian (sense of responsibility). ”Kesadaran ini harus dibangun sejak dini, dipupuk terus-menerus dan berkesinambungan untuk memperkuat rasa kebersamaan sebagai tunas bangsa,” kata Budha.
Pada Rabu (3/7/2019) malam, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka resmi jambore. Menurut penyelenggara, Lukman menyebutkan, pendidikan keagamaan Hindu yang dilaksanakan pada setiap Pasraman di Indonesia memiliki karakteristik yang sangat khas dan berbeda-beda. Kekhususan itu terletak pada diberinya ruang pada pengaruh adat atau budaya keagamaan yang berkembang di daerah tertentu.
Kesadaran ini harus dibangun sejak dini, dipupuk terus-menerus dan berkesinambungan untuk memperkuat rasa kebersamaan sebagai tunas bangsa.
Karena itu, melalui Jambore Pasraman, diharapkan ajaran agama dapat diimplementasikan dan dikolaborasikan dengan adat dan budaya setempat. Konsep ideal ini diakomodasi melalui kegiatan Jambore Pasraman, melalui sejumlah kegiatan lomba.
Lomba yang digelar antara lain Lomba Mantra Tri Sandhya, Lomba Kramaning Sembah, Lomba Yoga Asanas, Lomba Cipta Baca Puisi Keagamaan Hindu, Lomba Bercerita Keagamaan Hindu, Lomba Pelafalan Doa Sehari-hari, dan Lomba Outbound Lomba Dharmawidya (Cerdas Cermat). Selain itu dilaksanakan juga kegiatan pendalaman/pembinaan dalam bentuk sarasehan.
Pentas wayang wong milenial ”Cupu Manik Astagina” di pembukaan jambore pasraman nasional di Hotel Aston Denpasar, Rabu (3/7/2019) malam. Pada pembukaan Rabu malam, puluhan siswa SD hingga SMA di bawah asuhan Institut Seni Indonesia (ISI) dan Sanggara Paripurna Gianyar menyajikan wayang wong inovatif berjudul ”Cupu Manik Astagina”. Pentas ini merupakan wayang wong milenial yang tetap bagian dari kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Seni pertunjukan wayang wong inovatif ini disajikan dalam bentuk dramatari dengan cara penyajian, tata rias busana, dan iringan pertunjukannya yang khas. Wayang ini dipentaslan dalam tiga babak, yang menceritakan bagaimana Cupu Manik Astagina yang diperoleh Dewi Anjani dari ibunya. Pengembangan model wayang wong inovatif ini dilakukan oleh tim riset dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang diketuai Ni Made Ruastiti.