Orangtua Perlu Ingatkan Risiko Permainan pada Anak
Orangtua dan lingkungan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak, termasuk mengingatkan permainan apa saja yang berisiko atau membahayakan. Edukasi perlu diberikan kepada anak dengan cara-cara mendidik sekaligus menyenangkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Orangtua dan lingkungan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak, termasuk mengingatkan permainan apa saja yang berisiko atau membahayakan. Edukasi perlu diberikan kepada anak dengan cara-cara mendidik sekaligus menyenangkan.
Kepala Pusat Bimbingan Konseling dan Layanan Psikologi Lembaga Pengembangan Profesi Universitas PGRI Semarang Desi Maulia mengatakan hal tersebut terkait kecelakaan yang menimpa anak 10 tahun di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, setelah bermain mercon bumbung atau petasan bambu.
Menurut Desi, orangtua perlu tahu apa yang dimainkan anaknya. ”Orangtua bisa mengajak memilih mana permainan yang aman dan tidak. Perlu dijelaskan kelebihan termasuk risiko sebuah permainan. Tak cuma melarang, anak perlu diajak untuk berpikir,” kata Desi, Jumat (14/6/2019).
Sebelumnya, kecelakaan terjadi di Desa Karangrejo, Kecamatan Pucakwangi, Pati, pada Selasa, 4 Juni. Wajah M Khoirul Muhaimin (10) tersambar api yang membesar saat bermain mercon bumbung atau petasan bambu. Hingga kini, ia masih dirawat di RSUP Kariadi Semarang setelah menderita luka bakar derajat tiga atau mengenai kulit bagian bawah.
Desi menuturkan, diskusi dengan anak menjadi penting, misalnya tentang tujuan bermain petasan. Kalaupun tetap ingin terlibat, anak cukup melihat dari jauh, misalnya. Lebih jauh, perlu ada alternatif yang ditawarkan kepada anak, yang risikonya lebih rendah ketimbang petasan.
Bermain petasan memang menjadi tradisi di beberapa daerah di Indonesia selama bulan Ramadhan. Dalam hal ini, lingkungan sekitar perlu mengingatkan agar anak-anak tidak terlibat atau mengedepankan kehati-hatian. ”Yang dewasa perlu mengingatkan anak-anak, bukan membiarkan,” ujarnya.
Depresi
Khoirul, yang kini dirawat di ruang perawatan intensif anak (PICU) RSUP Dr Kariadi Semarang, mengalami luka bakar sekitar 10 persen dari seluruh permukaan tubuhnya. Ia ditangani sejumlah dokter dari berbagai divisi guna memastikan seluruh aspek perkembangannya berjalan baik.
Kepala Instalasi Rawat Intensif RSUP Dr Kariadi dr M Supriatna menuturkan, penanganan secara komprehensif tak terlepas dari adanya potensi depresi. ”Anak ini sudah besar dan mengetahui secara psikologis apa yang dialami. Pasti ada rasa depresi, cemas, atau minder,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan dokter dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pediatri sosial menyangkut tumbuh kembang anak. Hal yang sama dilakukan dengan dokter bedah plastik serta nutrisi metabolik. Setidaknya tujuh divisi terlibat dalam penanganan Khoirul selama di RSUP Dr Kariadi.
Kepala Polres Pati Ajun Komisaris Besar Jon Wesly Arianto mengatakan, kejadian tersebut murni kecelakaan dan bukan suatu kesengajaan. Ia pun mengimbau masyarakat berhati-hati dalam hal apa pun, termasuk bermain petasan. Dalam hal ini, pengawasan orangtua penting bagi keamanan dan keselamatan anak.
Perwakilan keluarga korban, Irham, saat ditemui di RSUP Dr Kariadi, menyebutkan, peristiwa terjadi karena kecerobohan dalam bermain, bukan suatu kesengajaan. ”Dalam kejadian ini, semua keluarga, korban, serta tetangga sudah tidak ada masalah. Semua selesai,” ucapnya.