Simulasi digelar untuk melihat kesiapan infrastruktur SMA dan SMK se-Jawa Barat dalam melayani warga yang akan mendaftarkan anaknya sesuai zona atau ke sekolah-sekolah pilihan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru SMA dan SMK se-Jawa Barat akan dimaksimalkan tahun ini. Simulasi pun digelar untuk melihat kesiapan infrastruktur setiap sekolah dalam melayani warga yang akan mendaftarkan anaknya sesuai zona atau ke sekolah-sekolah pilihan.
Uji coba sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) itu dilaksanakan di 503 SMA negeri dan 284 SMK negeri se-Jabar, Kamis (13/6/2019). Sekretaris II PPDB Dinas Pendidikan Jabar Edy Purwanto menyatakan, uji coba ini bertujuan mengetahui kesiapan infrastruktur untuk PPDB, mulai dari kesediaan unit komputer hingga kelancaran perangkat internet.
”Hingga saat ini, kami belum menerima laporan dari daerah terkait kendala sistem ataupun prosesnya. Hasil uji coba akan dievaluasi, mulai dari sistem aplikasi dan perangkat lunak hingga akses internetnya, sehingga pada Senin (17/6) sistem ini bisa diterapkan dengan baik,” ujar Edy saat ditemui di sela pemantauan di SMAN 2 Bandung, Kamis siang.
Kalau ada sekolah terdekat, silakan pilih zonasi. Tetapi, kalau nilai UN (ujian nasional) bagus, bisa memilih jalur prestasi.
Dalam uji coba ini, orangtua beserta siswa yang mengikuti simulasi diberikan arahan terkait pilihan yang diberikan sebelum melakukan pendaftaran. Edy meminta orangtua dan calon siswa untuk memperhatikan poin-poin yang memengaruhi pendaftaran, yaitu zonasi dan potensi siswa.
”Kalau ada sekolah terdekat, silakan pilih zonasi. Tetapi, kalau nilai UN (ujian nasional) bagus, bisa memilih jalur prestasi. Kalau ragu-ragu, silakan pilih jalur kombinasi,” tuturnya.
Dinas Pendidikan Jabar menargetkan persentase hingga 90 persen untuk penerimaan siswa SMA dan SMK di Jabar. Dari penerimaan tersebut, 20 persen berasal dari jalur keluarga ekonomi tidak mampu (KETM) dan 15 persen lainnya untuk kombinasi antara jarak dan prestasi atau hasil UN.
Adapun 55 persen merupakan jalur zonasi murni. Sementara 10 persen sisanya berasal dari luar zona, yang terbagi masing-masing 5 persen untuk penerimaan dari jalur prestasi dan jalur perpindahan.
Selain itu, Edy meminta masyarakat tidak terburu-buru dan berdesakan untuk mendaftarkan anaknya. Pengecekan jarak diperlukan sebelum mendaftar agar orangtua calon siswa bisa langsung menentukan posisi sekolah yang akan didaftarkan.
”Pendaftaran berlangsung selama enam hari. Jadi, orangtua tidak perlu khawatir, bahkan tidak perlu berdesak-desakan,” ujarnya.
Kepala SMAN 2 Bandung Yanyan Supriatna menuturkan, dalam uji coba ini, proses pemasukan data setiap peserta berkisar 10-15 menit. Waktu yang dibutuhkan itu sudah termasuk asistensi penerimaan data.
”Kelengkapan berkas dan titik koordinat itu harus disiapkan sebelum input (pemasukan) data. Kalau ada yang berkasnya tidak lengkap, kami minta untuk lengkapi. Kalau memang ada yang koordinatnya terlalu jauh, ya, silakan dipikir dulu,” ujarnya.