Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri dan swasta yang mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer di Nusa Tenggara Barat, menggunakan komputer meja dan jinjing atau laptop secara begiliran untuk menjawab soal ujian karena terbatasnya jumlah komputer dibanding jumlah peserta UNBK.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Siswa sekolah menengah pertama negeri dan swasta yang mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer di Nusa Tenggara Barat menggunakan komputer meja dan jinjing atau laptop secara begiliran untuk menjawab soal ujian karena terbatasnya jumlah komputer dibanding jumlah peserta UNBK.
”Pelaksanaan UNBK di Lombok Barat sampai pagi ini berjalan lancar. Cuma ada SMP yang menggunakan sistem sif karena kekurangan komputer,” ujar Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, Senin (22/4/2019), saat memantau pelaksanaan hari pertama penyelenggaran UNBK di SMPN 3 Labuapi, Lombok Barat, NTB.
Peserta UNBK di SMPN 3 Labuapi berjumlah 193 siswa, sedangkan komputer yang tersedia sebanyak 70 unit. Oleh sebab itu, agar para siswa bisa menggunakan komputer, pelaksanaan ujian UNBK dibagi tiga sesi, yakni pukul 07.30-09.30 Wita, sesi kedua pukul 10.30-12.30 Wita, dan sesi ketiga pukul 14.00-16.00 Wita.
Atas kekurangan fasilitas penunjang komputer UNBK itu, Bupati Fuzan berupaya meminta bantuan kepada Kementerian Pendidikan karena keterbatasan keuangan daerah untuk menutupi kekurangan. Namun, di tengah kekurangan fasilitas itu, para guru tetap bersemangat agar para siswa tetap melaksanakan UNBK.
Guru SMPN 1 Pemenang, Lombok Utara, Rosida, mengatakan, para siswa SMP itu juga bergiliran memakai komputer untuk menjawab soal ujian mengingat dari 68 peserta hanya 23 unit komputer yang tersedia. Bahkan, dari 23 komputer itu ada milik lembaga swadaya yang meminjamkan kepada sekolah itu agar siswa bisa mengikuti UNBK.
Ketua Panitia UNBK Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram Sihabudin mengungkapkan, sebanyak 153 siswa kelas III MTs itu mengikuti UNBK. Para siswa menggunakan komputer dan laptop secara bergilir. Namun, bagi siswa MTs, selain beberapa mata pelajaran yang diujikan bagi siswa SMP, ada juga mata pelajaran khusus yang diujikan, yakni Al-Quran, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Lombok Utara Fauzan mengatakan, pelaksaan hari pertama UNBK berjalan lancar karena tidak ada gangguan aliran listrik ataupun sambungan internet. Karena rasio murid dengan jumlah komputer tidak sebanding, SMP penyelenggara menggunakan komputer yang bisa diselamatkan saat gempa bumi beruntun di Lombok pada Juli-Agustus 2018.
Para guru membawa komputer dan laptop saat mengungsi menyusul dinding dan atap sekolah yang ambruk dan menimpa perangkat elektronik. Komputer ”korban gempa” itu diperbaiki agar bisa digunakan untuk UNBK.
Seperti dikatakan Rosida, guru SMPN 1 Pemenang, Lombok Utara, saat gempa hanya sebagian kecil komputer yang bisa diselamatkan dan dibawa mengungsi pascagempa.
Dari 68 siswa yang mengikuti UNBK saat ini, hanya tersedia 23 komputer sehingga siswa sekolah itu bergantian menggunakan komputer untuk menjawab soal ujian. Komputer yang digunakan saat ini pun di antaranya pinjaman dari sebuah lembaga swadaya di Lombok Utara.
Pemkab Lombok Utara Fauzan mengatakan belum bisa menganggarkan pengadaan komputer lewat APBD karena masih fokus melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi ruang kelas belajar. Karena rusaknya fasilitas pendidikan, dan suasana psikologis pascagempa, siswa SMA, SMK, dan SMP semula diusulkan menjalani Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil meski dibatalkan karena sekolah siap menyelenggarakan UNBK. ”Dengan segala keterbatasan, mudah-mudahan pelaksanaan UNBK berjalan lancar dan aman sampai selesai,” ungkap Fauzan.