Sebanyak 297 murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 18 Pemecutan, Kota Denpasar, Bali, Senin (15/4/2019), mendapatkan edukasi literasi keuangan program Literacy for Children. Program yang diinisiasi Citi Foundation dan Prestasi Junior Indonesia tersebut menyasar total 3.608 siswa SD di Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Semarang.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Sebanyak 297 murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 18 Pemecutan, Kota Denpasar, Bali, Senin (15/4/2019), mendapatkan edukasi literasi keuangan program Literacy for Children. Program yang diinisiasi Citi Foundation dan Prestasi Junior Indonesia tersebut menyasar total 3.608 siswa SD di Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Semarang.
Director Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Elvera N Makki menilai, penting kiranya membangun komunitas yang berkembang dengan memiliki kapasitas keuangan serta pemahaman mengelolanya dengan baik.
Literasi keuangan dianggap penting untuk diajarkan sejak dini. Alasannya, derasnya arus teknologi digital mampu berdampak membentuk mengarah kepada kebiasaan belanja melalui sistem daring. Maka, pengelolaan uang menjadi kurang kontrol terutama orang tua.
Karenanya, program ini perlu dijalankan agar sejak dini, anak-anak memahami dan mampu mengelola uang, seperti memanajemen sendiri uang saku atau uang jajannya. Uang jajan ini diharapkan anak-anak dapat menyisihkan untuk ditabung.
Director, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Elvera N Makki dan Academic Advisor Prestasi Indonesia Roberto Gardiner sepakat untuk membangun komunitas yang berkembang dengan memiliki kapasitas keuangan serta pemahaman mengelolanya dengan baik.
“Orang tua perlu menyadari pentingnya kontrol keuangan dan melatih anak terampil mengelola uangnya sendiri, dimulai dari menyisihkan uang saku sehari-hari,” kata Elvera.
Menurut mereka, berdasarkan survei penetrasi dan perilakku pengguna internat tahun 2017 dari Asosiasi Penyelenggaea Jasa Internet Indonesia menyebutkan sebanyak 45,14 persen masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi harga dan 32,19 persennya memanfaatkannya untuk belanja sistem daring.
Orang tua perlu menyadari pentingnya kontrol keuangan dan melatih anak terampil mengelola uangnya sendiri, dimulai dari menyisihkan uang saku sehari-hari
Pada survei strategi nasional literasi keuangan indonesia (Revisi 2017), Otoritas Jasa Keuangan mencatat adanya fenomena rendahnya tingkat literasi keuangan dan kesadaran menyusun anggaran keuangan.
Menyusun anggaran
Dalam hal pengelolaan keuangan terdapat 54,9 persen masyarakat Indonesia menyusun anggaran bulanan dan hanya 30,7 persennya yang berkomitmen untuk melaksanakan perencanaan keuangan.
Karenanya, kata Robert, usia anak-anak merupakan usia yang tepat untuk menanamkan nilai dasar finansial. Anak-anak dengan usia dini belajar menghargai uang karena orang tua mereka mendapatkannya dengan bekerja sehingga mengelola uang saku menjadi penting diajarkan.
Psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli memberikan beragam contoh sesuai usia anak dalam mengajarkan pengertian uang hingga mengajak mengelola. Menurutnya, orang tua tidak boleh menyamakan perlakuan segala usia anak ketika memberi pemahaman mengenai apa itu uang.
Ia menyontohkan usia 2 tahun hingga 3 tahun itu masih pada tahap pengenalan mengenai wujud uang. Hingga pada usia 12 tahun ke atas, orang tua dapat memberikan lebih dari pengenalan uang berupa ajakan untuk mampu menabung, mengelola dan jika perlu belajar berwirausaha dari hasil tabungannya.
Sementara anak-anak mendapatkan belajar edukiasi sehari melalui program Kota Kita. Mereka belajar dengan bermain melalui sarana gadget.
Metode pembelajaran terhadap siswa ini melalui lima sesi. Yaitu, sesi tata kota, pajak, bank dan layanannya, membuka bisnis, serta terakhir pengenalan mengenai media. Anak-anak diajak bermain dengan sejumlah simulasi angka-angka rupiah bersama para tutorial dari Prestasi Junior Indonesia.