"Manusia Jawa Modern" Otokritik bagi Kemajuan Bangsa
Buku berjudul "Manusia Jawa Modern: Munafik, hedonis, tak menghargai karya bangsa sendiri, kejam, pendendam, dan penyuka klenik" karya Hadi Supeno diluncurkan, Selasa (9/4/2019) di Banjarnegara, Jawa Tengah. Buku berisi introspeksi penulis ini menjadi otokritik dan refleksi bagi masyarakat demi kemajuan bangsa Indonesia.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS -- Buku berjudul "Manusia Jawa Modern: Munafik, hedonis, tak menghargai karya bangsa sendiri, kejam, pendendam, dan penyuka klenik" karya Hadi Supeno diluncurkan, Selasa (9/4/2019) di Banjarnegara, Jawa Tengah. Buku berisi introspeksi penulis ini menjadi otokritik dan refleksi bagi masyarakat demi kemajuan bangsa Indonesia.
"Sebenarnya ini adalah otokritik untuk kita sendiri, untuk kita semua. Yang paling membuat saya tercengang, Pak Supeno menyoroti manusia jawa modern tetapi menggunakan cara pandang milenial," kata Profesor Teguh Suprianto dari Universitas Negeri Semarang, saat peluncuran buku.
Dalam buku disebutkan karakter manusia jawa baik yang positif maupun negatif. Karakter positif meliputi memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, berorientasi harmoni, cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi, gotong-royong dan suka menolong, pekerja yang tekun, ramah kepada orang asing, dan selalu untung.
Adapun karakter negatif meliputi bertuhan sinkretis, feodal dan otoriter, pendendam dan kejam, munafik, tidak menghargai karya bangsa sendiri, suka berpesta dan mo limo (5 huruf m yaitu main, madat, minum, maling, dan madon).
"Buku ini mampu hadir di tengah ketidakseimbangan informasi ideologi yang sekarang ini melanda kita. Ini menjadi alternatif untuk memberi penyeimbangan dan mengisi ruang kosong untuk pilihan kita semua. Silakan, kita mau pilih yang hura-hura atau memilih sadar kita adalah manusia jawa yang milenial yang tidak tergerus oleh arus zaman," papar Teguh.
Buku ini mampu hadir di tengah ketidakseimbangan informasi ideologi yang sekarang ini melanda kita. Ini menjadi alternatif untuk memberi penyeimbangan dan mengisi ruang kosong untuk pilihan kita semua
Intropeksi diri
Hadi Supeno yang merupakan penggagas Kongres Sungai Indonesia dan Kongres Bahasa Penginyongan bersama Ahmad Tohari mengatakan, buku tersebut merupakan introspeksi diri yang ditulis berdasarkan pengalaman empiris serta studi literatur sejak 2014.
"Yang paling saya ratapi dari sisi negatif adalah kita sangat rendah kebanggaan terhadap karya bangsa sendiri," kata Hadi Supeno sembari menyebutkan sejumlah produk bangsa yang perlu ditingkatkan apresiasinya seperti ideologi Pancasila, keris, dan batik.
Ahmad Tohari budayawan dan penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk yang juga hadir memberikan tanggapan atas buku tersebut menyampaikan, buku karya Hadi Supeno dapat membantu masyarakat mengenali dirinya dan kemudian mengembangkan potensi yang ada untuk kemajuan bangsa.
"Sekarang kita sudah saatnya jujur dengan diri sendiri. Kenali dirimu sendiri kalau ingin bergerak maju. Apa potensi, baiknya apa, buruknya apa," kata Ahmad Tohari.