JAKARTA, KOMPAS—Perguruan tinggi diminta untuk berinovasi dan berkreasi dalam melaksanakan tridarma perguruan tinggi yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan cara yang baru. Untuk itu, pimpinan perguruan tinggi ditantang guna menghasilkan kebijakan inovatif yang dapat meningkatkan mutu perguruan tinggi Indonesia.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di upacara pelantikan sejumlah pimpinan perguruan tinggi negeri dan kepala lembaga layanan pendidikan tinggi periode 2018-2022 di Jakarta, Kamis (20/12/2018), mengatakan kebijakan inovatif dapat dilakukan dalam pembukaan program studi, penyesuaian kurikulum, kompetensi dosen, kompetensi lulusan, sistem pembelajaran, riset, dan kebijakan lainnya yang harus diselesaraskan dengan kebutuhan masyarakat, dunia industri, dan perkembangan zaman.
Dalam pembukaan program studi, kata Nasir, perguruan tinggi didorong untuk membuka program studi yang dapat mengantisipasi kebutuhan profesional yang sesuai kebutuahn Revolusi Industri 4.0. Para mahasiswa diperkuat untuk penguasaan kompetensi keilmuan dan softskills.
Di bidang riset, Nasir mendorong PT dapat mengembangkan riset yang potensial dikomersialisasi. Bahkan, dari riset yang melahirkan inovasi ini dapat mendorong lahirnya lulusan perguruan tinggi yang berjiwa entrepreneur dalam mengembangkan usaha berbasis teknologi.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswa, Kemenristekdikti, Ismunandar di Acara anuegerah Kemahasiswaan 2018 beberapa waktu lalu, mengatakan peningkatan kualitas PT harus jadi komitmen serius. Sebab, masih banyak sarjana menganggur pascalulus (sekitar 6,3 persen dari total 1,25 juta angkatan kerja sarjana di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2018).
"Perguruan tinggi harus mempersiapkan tenaga kerja terampil, berjiwa wirausaha, berwawasan global, dan berdaya saing tinggi. Upaya ini untuk menghasilkan mahasiswa terbaik yang mampu memenangkan perubahan di era disrupsi ini","ujar Ismunandar.
Secara terpisah, Rektor Telkom University Adiwijaya mengatakan perguruan tinggi punya tanggung jawab moril untuk mengantarkan lulusan terbaiknya ke dunia profesional.
Penguatan Link & Match semakin penting. Konsep ini melibatkan tiga komponen yang perlu bergerak secara simultan agar konsep ini berjalan. Tiga komponen tersebut adalah Perguruan tinggi, Perusahaan, dan Pemerintah. Untuk itu, kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi penting dikuatkan agar mampu menjalankan konsep link & match.