DEPOK, KOMPAS — Elemen budaya memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan aktivitas seorang wirausaha. Filosofi budaya yang terus ditanamkan dapat mendorong terciptanya kreativitas dan inovasi yang terarah dalam perkembangan usaha. Selain itu, ekosistem suatu usaha pun dinilai sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu wirausaha, termasuk pada wirausaha perempuan.
Hal tersebut disampaikan Kurnianing Isololipu saat mempertahankan disertasinya yang berjudul “Entrepreneurial Ecosystem Berbasis Entrepreneurial Human Capital pada Wirausaha Perempuan” di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Indonesia, Depok, Senin (17/12/2018). Disertasi ini merupakan studi kasus pada pemilik Martha Tilaar Grup.
Ketua sidang promosi doktor Julian Aldrin Pasha Rasjid mengatakan, Kurnianing lulus dengan yudisium sangat memuaskan dengan hasil disertasi A dan mencapai indeks prestasi kumulatif 3,78. Perempuan kelahiran Jakarta 20 Oktober 1978 itu tercatat sebagai doktor Program Studi Ilmu Administrasi Fisipol UI yang ke-169.
Kurnianing mengungkapkan, dalam penelitian yang dilakukan dari perjalanan Martha Tilaar Grup (MTG), filosofi perusahaan berpengaruh pada ekosistem kewirausahaan yang diterapkan. Filosofi ini muncul dalam bentuk nilai yang menjadi fondasi dan panduan dalam mengembangkan wirausaha.
“Filosofi terasa begitu kuat sebagai landasan dalam setiap aktivitas wirausaha. Dalam hal ini, filosofi yang dipegang oleh MTG adalah Indonesia, alami, dan budaya. Jadi, dari produk yang dihasilkan terlihat selalu berpedoman pada kearifan lokal di seluruh daerah Indonesia yang sifatnya alami,” ujar dosen administrasi bisnis Univerisitas Katolik Atma Jaya Jakarta ini.
Ia menambahkan, kombinasi antara ketiga filosofi itu juga menjadi landasan dalam pengembangan wirausaha. Setiap perubahan yang dilakukan untuk menghasilkan inovasi tetap terjadi, baik pada penggunaan teknologi maupun pemasaran. Namun, perubahan yang dilakukan tetap berpegang pada filosofi yang ditanamkan. Hal ini dinilai menjadi alasan kewirausahaan yang dijalankan bisa bertahan.
Selain itu, ujar Kurnianing, peran individu wirausaha dalam ekosistem kewirausahaan sangat penting. Individu wirausaha yang menggerakkan elemen-elemen ekosistem kewirausahaan melalui aktivitas yang dilakukan. Untuk itu, ekosistem kewirausahaan berbasis individu wirausaha sebagai modal (entrepreneurial human capital/EHC) sangat signifikan diterapkan bagi pelaku wirausaha.
“Ekosistem kewirausahaan berbasis EHC punya enam elemen dasar sebagai modal wirausaha untuk mendirikan, mengembangkan, hingga membesarkan usahanya. Elemen itu yakni pendidikan, pelatihan, pengalaman manajerial, pengalaman bekerja, lingkunan keluarga, dan lingkungan tempat wirausaha itu tumbuh,” papar Kurnianing.
Wirausaha perempuan
Promotor disertasi, Ferdinand Dehoutman Saragih berpendapat, penelitian ini bisa menjadi pedoman dan arahan bagi perempuan wirausaha yang mau mengembangkan usahanya. Jumlah perempuan wirausaha di Indonesia terus meningkat. Selain itu, perempuan pun dinilai lebih berani membuka usaha baru dibanding laki-laki.
“Ini (disertasi) bisa jadi nilai tambah ekonomi agar menghasilkan lebih banyak wirausaha yang tangguh. Selain itu, wirausaha perlu sadar bahwa elemen budaya juga berpengaruh pada semua aktivitas usaha dengan tujuan keuntungan ekonomi yang hendak dicapai,” katanya.
Anggota tim penguji, Novita Ikasari, menyampaikan, perempuan yang terjun di bidang wirausaha juga memiliki kelebihan yang bisa ditunjukkan. Misalnya, pada aspek jejaring dan keterampilan. Perempuan secara terbuka mau belajar dan berlatih untuk pengembangan diri dan usahanya.