Suara Jurnalis untuk Penyandang Disabilitas dan Perempuan
Oleh
Pascal S Bin Saju
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekuatan karya jurnalistik mampu memberi inspirasi bagi pembaca, penonton, dan pendengarnya. Fakta yang dikemas dengan menarik terkait penyandang disabilitas dan perempuan diharapkan mampu menyuarakan hak-hak mereka.
Seorang fotografer senior, Enny Nuraheni, Kamis (13/12/2018), di Jakarta, mengatakan, jurnalis harus mampu mencium hal-hal menarik dan penting di lapangan. Itu bisa menggugah pembaca atau bahkan membawa perubahan bagi kehidupan jika dikemas dengan konteks yang tepat.
”Permasalahannya kadang ada di teknis. Bisa penulisan yang kurang sederhana sehingga tak bisa dijangkau banyak pembaca. Bisa juga keterangan foto yang kurang kuat sehingga karya jurnalistik menjadi kurang menggugah,” katanya saat Malam Penganugerahan Journalist Writing and Photo Contest 2018 yang diselenggarakan PT Maybank Indonesia.
Dalam lomba tersebut, panitia menerima 40 artikel dari 31 wartawan media cetak, kantor berita, dan media daring. Selain itu, foto yang dilombakan sebanyak 27 foto tunggal dari 13 wartawan berbagai media di Indonesia.
Board of Trustee Maybank Foundation Budhi Diyah Sitawati mengatakan, karya-karya yang diterima panitia sebagian besar memiliki semangat yang sama, yakni memberi inspirasi kepada pembaca. Ia juga mengatakan, hal yang paling penting adalah menyuarakan yang jarang disuarakan ke publik.
Ita, sapaan akrabnya, mengatakan, karya-karya yang didaftarkan banyak yang bermasalah dalam sistematika penulisan. ”Ada yang perlu dikembangkan, seperti mengutarakan masalah secara sistematis agar lebih diminati pembaca dan dimengerti. Itu penting agar karya jurnalistik semakin melekat di hati pembaca,” katanya.
Dalam kompetisi itu, karya tulis jurnalistik dimenangi oleh Yose Hendra dari Media Indonesia dengan karya berjudul ”Menenun Keberdayaan Perempuan di Tanah Datar”. Sementara karya foto jurnalistik dimenangi Sunaryo Haryo Bayu dari Solo Pos dengan judul ”Pengrajin Kayu”. Mereka berhak mendapatkan hadiah Rp 15 juta.
Ita berharap, di era digital ini, jurnalis mampu membuat karya jurnalistik yang membawa perubahan dan inspirasi lebih luas. Menurut dia, internet bisa dimanfaatkan untuk menjangkau pembaca lebih luas. Karya-karya yang baik dan meyakinkan, kata Ita, akan selalu diterima banyak pembaca. (SUCIPTO)