Pameran dan Seni Pertunjukan Ramaikan Kongres Kebudayaan 2018
Oleh
Yovita Arika
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kongres Kebudayaan yang akan digelar pada 5-9 Desember 2018 akan diramaikan dengan berbagai pameran dan pertunjukan seni. Kegiatan ini dihadirkan tidak hanya untuk mengiringi pelaksanaan kongres Strategi Kebudayaan, tetapi juga untuk dinikmati khalayak umum.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid memastikan persiapan sudah hampir 80 persen. Jumlah peserta yang diundang untuk membahas Strategi Kebudayaan mencapai 2.995 peserta dari berbagai pihak, seperti pemerintah, seniman, asosiasi, hingga tokoh adat.
"Kongres kali ini berbeda dari kongres sebelumnya yang biasa kami lakukan lima tahun sekali. Acara ini tidak hanya akan menjadi tempat mengambil keputusan, tapi juga tempat belajar, dan ruang terbuka," katanya di Jakarta, Senin (3/12/2018).
Berbagai pertunjukan dan pameran yang akan dihadirkan selama kongres antara lain gelaran Musik Petang, Pertunjukan Sore Musik Trotoar dan Pertunjukan Keliling, Seni Visual, Kongkow Muralis. Ada juga pameran Suara Suara Bahasa yang dikuratori Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta Afrizal Malna.
"Kami ingin mencoba mereposisi kembali bagaimana modernisme menempatkan tradisi di saat ini. Kami akan melihatnya dari sisi nilai, seperti kosmologi," kata Afrizal.
Pameran tersebut nantinya akan menampilkan perjalanan manuskrip dan tradisi lisan di Indonesia. Pameran manuskrip yang dikuratori Ugeng T Mutijo ditampilkan melalui berbagai medium, seperti daun lontar, termasuk yang masih menjadi koleksi Perpustakaan Nasional, hingga alat cetak modern.
Dari sisi tradisi lisan, pameran akan menunjukkan berbagai alat rekam seperti fonografi hingga alat elektronik yang dikuratori Adi Ibrahim Surya. Baik medium tradisi lisan hingga tulisan kemudian akan menyatu menjadi produk digital seperti yang saat ini telah mengubah dunia.
Sejumlah pertunjukan juga akan hadir di panggung acara, seperti kelompok musik dari Maluku Molucca Bamboowind Orchestra, Jakarta City Philharmonic, kelompok musik Kua Etnika dari Yogyakarta. Selain itu, akan digelar juga pagelaran wayang kulit dengan lakon Dewa Ruci Bima Suci oleh Ki Anom Suroto. Seluruh kegiatan pameran dan pertunjukan dapat dinikmati secara gratis oleh peserta maupun pengunjung.
Kongres Kebudayaan 2018 ini merupakan puncak dari forum prakongres yang diadakan sejak Maret 2018. Forum tersebut bertujuan mengumpulkan dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) dari kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Sampai saat ini, 295 kabupaten/kota telah mengumpulkan PPKD untuk kemudian didiskusikan menjadi kebijakan Strategi Kebudayaan atau Resolusi Kongres.
Upaya perumusan Strategi Kebijakan ini telah diamanatkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017. Perumusan Strategi Kebudayaan nantinya akan menjadi tonggak penting pengelolaan kebudayaan nasional jangka panjang, karena berlaku hingga 20 tahun lamanya. (ERIKA KURNIA)