DEPOK, KOMPAS - Literasi budaya Indonesia harus dikembangkan untuk menghadapi tantangan megatren atau perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan memahami dan bersikap terhadap budaya dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai masalah multidimensi.
Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis menyampaikan hal tersebut dalam pidato sambutan acara puncak Dies Natalis ke-78 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) di kampus UI Depok, Selasa (4/12/2018).
Menurutnya, literasi budaya diperlukan untuk menghadapi empat tantangan perubahan besar saat ini dan masa mendatang. Empat tantangan tersebut seperti urbanisasi, disrupsi teknologi, penuaan populasi, dan konektivitas global. "Urbanisasi dan disrupsi teknologi mempengaruhi budaya dan perilaku kita," kata Anis.
Pada kesempatan sama, Dekan FIB Adrianus L.G. Waworuntu mengatakan, hegemoni budaya asing sebagai dampak globalisasi perlu dipagari budaya lokal, selain agar budaya yang menjadi jati diri Indonesia tidak tersingkirkan di negeri sendiri. "Kajian budaya dibutuhkan, bahkan mulai dicari, untuk menyelesaikan masalah multidimensi," ujarnya.
Sebagai salah satu upaya membangkitkan literasi budaya, FIB UI mengangkat tema kebudayaan Jawa dengan judul "Jawa Dulu, Kini, dan Esok". Hal ini dimaksudkan agar civitas academica UI, khususnya FIB dapat mengenal dan menggali kembali salah satu akar budaya Indonesia.
Menurut sejumlah penelitian, bahasa Jawa dituturkan lebih dari 80 juta orang, dan Sensus Penduduk 2010 menunjukkan sekitar 40 persen dari lebih dari 230 juta penduduk Indonesia adalah etnis Jawa.
Pada acara puncak Dies Natalis tersebut, Adjunct Professor Departemen Sejarah FIB UI Peter Carey menyampaikan orasi ilmiah dengan topik "The Java War 1825-0000: How The Memory of Diponegoro Became The Inspiration for The Modern Indonesian Nationalist Movement (1908-1942)".
"Dari sosok Pangeran Diponegoro, kita bisa mempelajari karakternya yang sangat mengakar pada budaya Jawa, dia mengenal Barat tapi tidak memuja-mujanya. Sebagai penganut Islam aliran sufi, dia juga tidak picik dan pikirannya terbuka," terangnya. (ERIKA KURNIA)