JAKARTA, KOMPAS — Kongres Kebudayaan 2018 yang menjadi tonggak penting pengelolaan kebudayaan nasional menanti partisipasi generasi muda, khususnya milenial. Hal ini agar Strategi Kebudayaan yang disusun bisa menjawab tantangan 20 hingga tahun mendatang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan akan menyelenggarakan Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 2018 pada 5-9 Desember mendatang. Acara tersebut menjadi puncak forum-forum prakongres yang sejauh ini sudah dilakukan di 265 kabupaten/kota di 20 provinsi.
Forum tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain ahli, komunitas, pemangku kepentingan kebudayaan, juga lembaga yang bersinggungan dengan kebudayaan. Rekomendasi dari forum diterima Kemendikbud dalam bentuk dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) yang akan disusun menjadi Strategi Kebudayaan, sesuai amanat Undang-undang Nomor 5 tahun 2017.
Sayangnya, partisipasi generasi muda dalam forum prakongres di kabupaten/kota masih dinilai minor, menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid. "Anak muda mungkin dianggap tidak mengerti sehingga partisipasinya rendah. Tapi, kami melihat di Bandung, partisipasinya sudah cukup besar," kata dia saat ditemui dalam temu media di Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Ia menuturkan, peran generasi muda krusial karena generasi tersebut yang memegang kendali dalam 20 tahun ke depan. Partisipasi anak muda akan membantu menghadapi tantangan kemajuan teknologi, termasuk yang nantinya akan bersinggungan dengan kebudayaan. "Strategi Kebudayaan jadi akan bisa mengantisipasi kalau kebudayaan digital meluas, nantinya bisa menyesuaikan dengan tingkat kebudayaan," imbuhnya.
Pembentukan sistem
Strategi Kebudayaan yang dibuat akan mengakomodir sepuluh objek pemajuan kebudayaan, mulai dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, hingga olahraga tradisional.
Produk kebijakan tersebut, secara umum, mencakup kebudayaan tradisional hingga kontemporer. "Ini kita perlukan untuk membentuk sistem yang memajukan kebudayaan," lanjut Farid. Sistem yang dimaksud melingkupi perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan.
Bentuk implementasi dari kebijakan Strategi Kebudayaan di antaranya dengan membentuk dana abadi untuk kepentingan kesenian dan kebudayaan. "Kalau tidak ada kebijakannya, mau sampai kapan pemerintah pakai uang belas kasih untuk menjangkau 267 juta penduduk yang mau berkesenian," ujarnya.
Menyenangkan
Pada acara Kongres Kebudayaan nanti, generasi muda masih dapat berpartisipasi melalui kegiatan kesukarelaan yang dibuka untuk publik. Sekitar 50 sukarelawaan dibutuhkan untuk membantu memfasilitasi 5.000-an peserta kongres. Sampai saat ini, jumlah pendaftar bahkan sudah mencapai 2.700 orang.
Selain melalui keterbukaan partisipasi publik, kegiatan kongres juga dibuat berbeda dari kongres sebelumnya yang dilakukan lima tahun sekali, bahkan dari kongres yang pertama kali digelar pada tahun 1918 di Surakarta.
Kongres Kebudayaan 2018 akan diisi dengan beragam kegiatan, seperti pameran objek pemajuan kebudayaan, bazar kuliner, pemutaran film, aktivitas mural, pertunjukan mop Papua hingga musik orkestra, hingga pawai budaya. Kongres akan diselenggarakan di sekitar komplek kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. (ERIKA KURNIA)