JAKARTA, KOMPAS— Sektor pendidikan menjadi kategori tersendiri dalam Penghargaan Standar Nasional Indonesia 2018 setelah sebelumnya dimasukkan ke dalam kategori jasa. Diharapkan perguruan tinggi dan sekolah-sekolah menengah semakin bersemangat menerapkan perencanaan, pengelolaan, dan kebijakan bermutu yang sesuai dengan standar.
"Pendidikan merupakan kategori spesifik dan memiliki penilaian berbeda dari kategori lainnya seperti jasa, industri, dan usaha mikro, kecil, dan menengah," kata Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) Zakiyah sebelum acara Penghargaan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2018 di Jakarta, Rabu (21/11/2018). Turut hadir Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Riset dan Teknologi periode 1999-2001 Muhammad AS Hikam.
Kategori pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan tinggi yang diikuti universitas, politeknik, institut, sekolah tinggi, dan akademi. Selain itu juga ada pendidikan menengah yang diikuti oleh SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah.
Zakiyah menjelaskan sekolah dan perguruan tinggi mengirim berkas keikutsertaan Penghargaan SNI 2018 kepada BSN yang kemudian memeriksa kelengkapan berkas. Jika tidak lengkap, sekolah diminta melengkapi. Terdapat 30 perguruan tinggi dan tujuh sekolah menengah yang mendaftar.
Setelah itu, BSN melakukan evaluasi. Hal yang dilihat antara lain adalah kepemimpinan kepala sekolah ataupun rektor, sertifikasi guru dan dosen, transparansi keuangan, serta sistem kinerja lembaga pendidikan.
"Faktor penting lainnya ialah melihat sekolah ataupun kampus memiliki visi dan misi yang jelas dan harus bisa diterapkan menjadi target tahunan, bulanan, dan harian," ujar Zakiyah. Artinya, sekolah harus memiliki rencana pembelajaran harian yang selaras dengan target makro. Kemampuan kepala sekolah dan guru menyiapkan materi seperti teori dan praktik harus bisa dijabarkan dalam pemetaan kinerja.
Selain itu, juga dilihat kemampuan sekolah melakukan evaluasi berkala dan sistem pencarian solusi atas laporan yang mereka terima baik dari internal maupun eksternal. Cara hasil evaluasi tersebut diadaptasi menjadi kebijakan dan metode pembenahan sekolah juga tidak luput dari pengamatan
Lembaga pendidikan juga dilihat sumbangsihnya kepada pemecahan masalah di lingkungan sekitar. "Terutama untuk perguruan tinggi dilihat jika tridharmanya memberi nilai tambah secara nasional maupun lokal. Jurnal-jurnal yang diterbitkan juga sesuai dengan kaidah ilmiah dan memberi kebaruan baik secara teori maupun praktik," kata Zakiyah.
Pemajuan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam sambutannya mengatakan, standar tidak bermaksud untuk mengekang lembaga, tetapi menjadi dasar pembuatan barang dan jasa yang baik untuk masyarakat. Hendaknya standar bisa menjadi acuan perbaikan dan pemajuan kinerja. Penerapannya diadaptasi sesuai keunikan tiap-tiap sektor.
"Untuk perguruan tinggi, SNI adalah landasan pengelolaan kampus beserta sivitas akademikanya. Selain itu, juga untuk merancang dan menerapkan kurikulum pendidikan tinggi yang solutif bagi tantangan lokal, nasional, dan global," tuturnya.
Penghargaan SNI ini merupakan yang ke-14. Rhenald Kasali bertindak sebagai Ketua Dewan Juri Penghargaan SNI 2018. Kepala BSN Bambang Prasetya mengatakan, ada lembaga yang menang pada tahun sebelumnya, tetapi tidak mengalami kemajuan di tahun ini sehingga disalip oleh lembaga lain. Terdapat pula hadiah utama lembaga yang memenangi penghargaan level platinum tiga kali berturut-turut.