JAKARTA,KOMPAS — Seni kejadian berdampak Upacara Kebo Ketan kembali digelar di Ngawi, Jawa Timur, 23-24 November 2018 mendatang. Sesuai komitmen awalnya menyelamatkan mata air Sendang Margo, Sendang Ngiyom dan mengembalikan fungsi hutan di kawasan Alas Begal, Ngawi, Upacara Kebo Ketan juga menjadi wahana serbuk silang kreativitas seni rakyat dari berbagai daerah.
Upacara Kebo Ketan berawal dari keprihatinan Lembaga Swadaya Masyarakat Kraton Ngiyom terhadap kerusakan hutan di kawasan Ngawi yang mengalami penjarahan luar biasa pada 1998. Akibat pembalakan liar, debit mata air Sendang Margo dan Sendang Ngiyom menyusut dari kemampuan mengairi lebih 1.000 hektar sawah menjadi tinggal beberapa hektar saja.
Karena itulah, sejak 2012 Kraton Ngiyom berikhtiar menyelamatkan mata air dan mengembalikan fungsi hutan penyangganya. Pada 2014 mereka menggelar seni kejadian berdampak berjudul “Mbah Kodok Rabi Peri” guna memfokuskan perhatian kepada hutan dan mata air tersebut.
Dengan mengambil judul menohok, seniman Ngawi Bramantyo Prijosusilo berhasil menarik perhatian masyarakat setempat untuk kembali peduli terhadap mata air serta Alas Begal yang selama ini terlupakan. Untuk memperluas pengaruh, Kraton Ngiyom menggelar seni kejadian berdampak lanjutan berupa Upacara Kebo Ketan yang berfokus pada peningkatan kualitas Bengawan Solo sebagai nadi budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Serbuk silang kreativitas
Emban Kraton Ngiyom Godeliva D Sari mengatakan, selain menjadi sarana penyadaran konservasi lingkungan, Upacara Kebo Ketan juga bercita-cita membantu kebangkitan seni budaya nasional dengan menjadi wadah bagi terwujudnya “serbuk silang kreativitas”. "Sejak Upacara Kebo ketan pertama 2016, kami memberikan kesempatan berbagai seniman berbagi panggung, mulai dari Iwan Fals, Sawung Jabo, Oppie Andaresta, hingga seniman-seniman daerah seperti Abdul Rani dari Singkawang, Kalimantan Barat," ucapnya, Senin (12/11/2018) saat dihubungi dari Jakarta.
Hasil dari serbuk silang kreativitas mulai tampak. Tahun ini, Abdul Rani bersama komunitas Rusen membuat seni kejadian berdampak di Singkawang yang bertujuan mengokohkan kohesi sosial untuk mewujudkan Sungai Singkawang yang bersih.
Tahun ini, Kraton Ngiyom mengambil tema khusus ”Marilah Kita Mendoa Indonesia Bahagia” yang merupakan penggalan syair stanza II lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” karya WR Supratman.