JAKARTA, KOMPAS —Teater Koma akan mementaskan pertunjukan bertajuk Mahabarata: Asmara Raja Dewa pada 16-25 November 2018, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pertunjukan ini bercerita tentang genesis atau lakon penciptaan manusia melalui kisah dewa-dewa yang bisa jadi pelajaran bagi manusia.
Sutradara dan penulis naskah Nano Riantiarno mengatakan, pertunjukan ini akan menjadi ”dongeng” yang berharga. Dalam cerita yang akan ditampilkan, penonton bisa menentukan sikap. Menurut dia, selalu ada baik dan buruk dalam penciptaan yang terdapat dalam kisah dewa-dewa.
”Dalam kisah dewa-dewa di mana pun, selalu ada gambaran tentang kesalahan,” kata Nano di Sekretariat Teater Koma, Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu (7/11/2018).
Pada kesempatan ini, ditampilkan cuplikan pertunjukan tentang Batara Guru yang terbang menunggangi lembu bersama permaisurinya, Dewi Uma. Dua tokoh pewayangan itu mendendangkan syair tentang keindahan alam raya sembari menunggangi lembu.
Hingga suatu titik, mereka sampai pada sesuatu yang disebutkan di atas lautan Jawa. Batara Guru terlihat berbisik kepada Dewi Uma. Hasrat Batara Guru tiba-tiba naik. Dia memaksa untuk berhubungan badan dengan Dewi Uma. Namun, Dewi Uma tidak mau melakukannya karena disaksikan oleh Andini, yaitu lembu yang mereka tunggangi. Dewi Uma menolak dan ingin kembali ke kayangan.
”Kita bisa menyaksikan bahwa Batara Guru yang menjadi raja dewa-dewa sekalipun bisa berbuat seperti itu,” kata Nano.
Dia menjelaskan, dalam pewayangan setiap manusia memiliki asura: semacam potensi untuk berbuat baik dan berbuat jahat. ”Manusia punya potensi untuk berbuat apa saja, mau baik dan mau buruk terserah dia sendiri,” ujarnya.
Penata artistik Idris Pulungan mengatakan, pertunjukan ini memadukan antara teknik panggung dan film. Menurut dia, ada sejumlah adegan dalam pertunjukan ini yang harus divisualkan. ”Ini melibatkan interaksi antara multimedia dan pemain,” ujarnya.
Pemimpin produksi Ratna Riantiarno memaparkan, persiapan pertunjukan ini berlangsung sejak tiga bulan lalu. Pada tahap awal dilakukan bedah naskah yang berasal dari buku yang ditulis Nano, yaitu Mahabarata Jawa (2016). Setelah itu, naskah akan diterjemahkan oleh penata artistik, kostum, pemain, dan pihak lain yang terlibat.
”Ada sekitar 100 orang yang terlibat: 45 pemain, 12 pemusik, penata busana, kru panggung, hingga bagian tiket,” kata Ratna.
Selaku pihak pendukung, Bakti Budaya Djarum Foundation juga menyediakan 200 tiket untuk pekerja seni teater, guru yang ada di Jakarta. ”Ini salah satu bentuk dukungan agar kisah wayang terus dieksplorasi dan ditampilkan,” kata Adi Pardianto dari Bakti Budaya Djarum Foundation.
Bagi Anda yang ingin melihat pertunjukan ini, tiket dapat dibeli secara daring. Adapun harga tiket berkisar dari Rp 75.000 hingga Rp 500.000 (INSAN ALFAJRI)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.