JAKARTA, KOMPAS—Organisasi Prestasi Junior Indonesia bekerja sama dengan Bank HSBC meluncurkan program teknologi pendidikan atau edutech anak cerdas, pada Selasa (6/11/2018), di Jakarta. Program yang dapat diakses di laman www.anakcerdas.prestasijunior.org ini bertujuan memudahkan siswa sekolah dasar belajar tentang sistem keuangan di Indonesia menggunakan teknologi berbasis daring melalui komputer dan laptop.
Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia (PJI) Robert Gardiner mengatakan, edutech anak cerdas dirancang mirip seperti gim daring. Program ini didesain interaktif sehingga mudah dipahami siswa sekolah dasar (SD).
Program anak cerdas berisi materi-materi tentang uang, jenis-jenis uang, cara mengelolah uang, dan pajak. Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah membekali siswa untuk berjiwa kewirausahaan.
Program ini juga bertujuan mengenalkan sistem pengelolaan keuangan sejak dini, guna mendukung target indeks literasi keuangan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 35 persen pada tahun 2019. Adapun literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2016 sebesar 29,7 persen.
"Program anak cerdas itu sudah dari tiga tahun yang lalu kami perkenalkan. Dan saat ini kami keluar menjadi daring supaya lebih banyak anak bangsa yang bisa akses program ini," kata Manejer Program PJI Utami A Herawati.
Pengawasan
Utami mengatakan, meski program anak cerdas berbasis daring, namun program ini hanya bisa diakses melalui komputer dan laptop. Cara untuk mengakses program ini yaitu menggunakan e-mail milik orangtua atau guru.
Tujuannya, agar ada pengawasan saat siswa mengakses program tersebut. Selain itu, sebagian materi yang ada di dalam program ini belum tentu dipahami siswa, sehingga dibutuhkan penjelasan lanjutan dari guru atau orangtua.
"Ini bukan gim, tetapi ini sebuah pelajaran edutech. Jadi harus didampingi oleh guru atau orang tua," kata Utami.
Menurut pakar kejiwaan anak dan keluarga Universitas Indonesia Anna Surtiariani, program ini positif karena ada partisipasi dari orangtua atau guru. Partisipasi itu diklaim dapat meningkatkan budaya kontrol orangtua atau guru pada siswa saat menggunakan teknologi.
"Program Anak cerdas dapat dimanfaatkan guru dan siswa untuk mendidik sekaligus membangun kebersamaan dengan siswa yang kini menurun akibat teknologi digital," ujarnya.
Orangtua atau guru juga dapat menentukan batas waktu yang digunakan siswa untuk mengakses program ini. Tujuannya agar risiko kecanduan teknologi berlayar yang sering dialami anak dapat diminimalisir.
"Waktu yang digunakan anak berusia sekolah dasar memainkan teknologi berlayar itu maksimal dua jam," tutur Anna.
Tiga tahun
PJI merupakan anggota organisasi nirlaba Junior Achievement Worlwide. Lembaga ini melaksanakan program pembekalan kepada generasi muda mengenai pekerjaan dan kewirausahaan.
PJI melaksanakan program anak cerdas sejak tiga tahun lalu, dengan mengunjungi 67 SD yang ada di 51 kota besar di Indonesia untuk membantu pemerintah memperkenalkan literasi keuangan. Materi yang diberikan tentang keuangan dari perspektif ekonomi, sosial dan budaya.
Robert mengatakan, selama melakukan pendampingan dengan pendekatan teknologi digital, terjadi peningkatan pemahaman siswa SD tentang keuangan dari 40 persen menjadi 80 persen. Oleh karena itu, dengan diterapkan berbasis daring, diharapkan program itu dapat diakses oleh masyarakat secara luas. (STEFANUS ATO)