TANGERANG, KOMPAS - Penyelenggaraan Indonesia Science Expo pada 1-4 November 2018 bertujuan mendorong lahirnya bibit-bibit unggul peneliti Indonesia, dengan memberi ruang bagi generasi muda untuk belajar, bertukar informasi, dan membangung jaringan. Dalam ajang ini, ditampilkan berbagai inovasi sains dan iptek hasil karya anak bangsa, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Dalam ajang ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan penghargaan kepada karya anak bangsa dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-50, National Young Inventor Awards (NYIA) ke-11, International Youth Science and Innovation Fair (IYSIF), dan Indonesian Young Green Award (IYGA).
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, generasi muda membutuhkan sarana untuk mengembangkan dan menguji ide–ide ilmiah. Indonesia Science Expo (ISE) membuka kesempatan yang sebesar-besarnya bagi mereka, untuk membangun jaringan yang luas guna mengembangkan kemampuan. Selain itu, juga sebagai sarana mengembangkan kreativitas, daya saing, dan ajang pertukaran informasi, hingga pengembangan penelitian.
"Kompetisi Ilmiah menjadi salah satu upaya pengembangan potensi remaja. Juga menumbuhkan budaya ilmiah sejak dini. Ini tidak terlepas dari upaya mendorong generasi muda, untuk mulai melakukan serta mengembangkan penelitian-penelitian yang dimulai dari hal-hal sederhana," ucap Tri di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Minggu (4/11/2018) sore dalam penganugerahan pemenang LKIR, NYIA, IYSIF dan IYGA dan penutupan ISE 2018.
ISE 2018 juga jadi tempat bertemunya komunitas-komunitas sains untuk memperkuat jaringan. Masyarakat menyambut baik, perhelatan ini. Total pengunjung mencapai 45.000 orang, jauh melampaui target yaitu 10.000 kunjungan. Dalam ISE 2018 ini terdapat 147 stan yang menampilkan kreativitas, inovasi, dan hasil karya peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Karya ilmiah
Pada ISE 2018, sebanyak 92 finalis LKIR dan 79 finalis NYIA bersaing melalui berbagai temuan iptek dan sains serta tercatat sebanyak 50 karya abstrak dalam lomba IYGA. NYIA menampilkan kreativitas dan inovasi remaja dalam teknologi yang membantu kehidupan sehari-hari. Sedangkan, IYGA menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menunjukkan karya dan kreativitas di bidang teknologi bersih.
William Wijaya (17) dari SMA Santa Laurensia, Tangerang, berhasil meraih tiga penghargaan yaitu juara pertama LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, medali emas IYSF untuk ilmu pengetahuan teknik, dan anugerah khusus penelitian berbasis komputer.
Ia meneliti pengaruh sudut ujung sayap pesawat terbang (angle of wingtip) terhadap efisiensi sayap, mengurangi turbulensi, dan memperpanjang umur sayap pesawat. "Saya kaget dan tidak menyangka, penelitian ini mendapat apresiasi yang begitu besar. Saya senang dan berharap generasi muda semakin rajin untuk meneliti dan memajukan bangsa Indonesia," ucap William.
Ada juga Angeline Freshbi Chesa Halim (18) dan Anglila Siddha Pramarthastri (17) yang melakukan proyek Terapi Autisme Online (Temen) dengan saluran youtube. Kedua siswi SMA Negeri 8 Yogyakarta ini, berhasil meraih juara pertama LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Mereka memanfaatkan saluran youtube untuk membuat video terapi autisme ABA (Applied Behavioural Analysis) guna mengajarkan kemampuan kognitif dasar pada anak autis seperti mengenal huruf dan angka serta terapi wicara yaitu melafalkan kata-kata sederhana.
"Berawal dari keprihatinan kami karena banyak anak penyandang autis yang kesulitan mengikuti terapi karena biaya yang mahal. Kami mengembangkan terapi daring berdasarkan metode yang diterapkan di sekolah khusus," ucap Angeline.
Pelaksana Tugas Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas menjelaskan, LKIR memberikan sesi bimbingan pada peserta yang dilakukan oleh peneliti–peneliti LIPI dengan kepakaran yang sesuai, serta menggunakan fasilitas penelitian. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)