MASAMBA, KOMPAS — Di tengah berbagai berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, kontribusi seluruh rakyat termasuk generasi muda sangat dibutuhkan. Selain terus menggelorakan semangat kebangsaan di antara sesama anak bangsa, masyarakat harus menjadi pelopor-pelopor perdamaian dan menjauhkan diri dari berbagai konflik, untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Saat ini kita menghadapi berbagai tantangan seperti berita-berita bohong dan fitnah, yang bisa mengarahkan pada kehancuran bangsa, merusak persatuan bangsa. Mari tumbuhkan sikap kreatif dan positif,” ujar Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, saat memimpin Apel Harmoni Kebangsaan di Lapangan Desa Baloli Kamiri, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (30/10/2018).
Pada apel yang dihadiri ratusan warga dari berbagai kalangan mulai dari anak sekolah, remaja dan pemuda, hingga kelompok masyarakat, Agus mengajak semua pihak terus menjaga spirit membangun keselarasan hidup bermasyarakat. “Apa yang kita dapat dari berkonflik ? Tidak ada manfaat sama sekali. Kita membuang-waktu waktu, menyia-nyiakan potensi yang ada dalam diri kita sendiri. Kita mengarahkan diri kita sendiri pada kehancuran,” ujar Agus seraya mencontohkan konflik di Suriah yang berkepanjangan dan rakyatlah yang menjadi korban.
Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 2018, Agus juga mengajak generasi muda untuk terus bersemangat menjawab tantangan yang semakin berat. “Waspadai derasnya arus globalisasi yang bisa merusak sendi-sendi kehidupan bangsa,” ujar Agus yang Selasa pagi menerima gelar adat "Toi Porio" atau berarti "Yang Dirindukan" dari Lembaga Adat Katomakakaan Masamba, bertempat di Rumah Adat Katokkoan Masamba.
Menurut Agus, Kementerian Sosial memilih Luwu Utara sebagai tempat pertama Apel Harmoni Kebangsaan, karena dalam sejarah, Tanah Luwu yang merupakan kerajaan Bugis tertua. Kerajaan Luwu bersama Kerajaan Wewang Nriwuk dan Tompoktikka adalah tiga kerajaan Bugis pertama yang tertera dalam epik I La Galigo, sebuah karya orang Bugis.
Dari catatan sejarah, Kerajaan Luwu pada tahun 1905 menolak penguasaan Kerajaan Belanda, dan pada tanggal 17 Agustus 1945 menyatakan dukungan pada Proklamasi Kemerdekaan RI secara tertulis sekaligus mengintegrasikan Kerajaan Luwu pada NKRI. Bahkan, Raja Andi Djemma pada saat itu yang memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, dianugerahi oleh Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 8 November 2002.
Karena itulah, selain apel, kegiatan bertajuk Harmoni Kebangsaan dikemas dalam bentuk kegiatan penguatan kearifan lokal, “Jembatan Persahabatan”, “Harmoni Muda-Mudi” dan “Kemah Perdamaian”.
Kearifan lokal
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengungkapkan Luwu Utara memiliki banyak kearifan lokal yang terus dilestarikan masyarakat setempat seperti makanan Kapurung yang baru-baru ini ditetapkan Kementerian Pariwisata sebagai warisan budaya tak benda di Luwu Utara. Bahkan di lambang daerah Luwu Utara ada pohon sagu. “Secara filosofi pohon sagu dimaknai sebagai orangtua yang mengayomi masyarakat. Yang tidak kalah penting, kapurung merupakan kekayaan kuliner,” kata Putri.
Menurut Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat, selain memperkuat spirit membangun semangat kebangsaan menuju Indonesia yang damai dan sejahtera, mengaktualisasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat, kegiatan Harmoni Kebangsaan diharapkan memperkuat kerukunan masyarakat untuk menciptakan harmonisasi sosial di masyarakat pada daerah rawan konflik di Indonesia, serta mencetak tenaga pelopor perdamaian lintas generasi.
Pada Apel Harmoni Kebangsaan tersebut Agus Gumiwang juga menyerahkan bantuan secara simbolis kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Utara senilai 3,375 miliar.
Sehari sebelumnya, Senin (29/10/2018) petang, dalam rangka Hari Pahlawan 2018, Mensos melepas 400 peserta Jelajah Kapal Kepahlawanan yang berlayar menggunakan KRI Makassar 590 dari Makassar–Pangkep-Makassar .
Selama dalam pelayaran (29-31 Oktober 2018), peserta mendapatkan pembekalan dan materi tentang wawasan kebangsaan, menyimak kisah dan pengalaman tentang jatuh bangun keluarga pahlawan dalam masa perjuangan dari narasumber Agustanzil Sjahroezah (Cucu Pahlawan Nasional H Agus Salim) dan Miranda Diponegoro (Cicit Pahlawan Nasional Diponegoro) serta mendengar langsung kisah inspiratif para atlet peraih medali emas Asian Games 2018 yang berasal dari Sulawesi Selatan.