Guru Didorong Kian Mengembangkan Kemampuan dan Bakat Siswa
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Setelah beberapa pekan lalu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan pengarahan kepada guru IPA dan IPS jenjang SMP, pada Rabu (31/10/2018) giliran 635 guru SMP bidang matematika, olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, serta seni budaya.
Dalam pertemuan dengan para guru tersebut, Risma lebih menekankan agar guru kian mengembangkan kemampuan dan bakat anak didiknya. Selain itu, guru juga perlu lebih bisa membangkitkan daya belajar anak didik, membangkitkan imajinasi anak, dan daya penciptaan anak supaya lebih kuat lagi.
”Kalau itu bisa diaktifkan mulai dini, potensi anak-anak bisa optimal. Ini alasan saya untuk selalu ingin bertemu langsung dengan para guru agar lebih kreatif dan inovatif sehingga anak didik tak bosan di sekolah,” ujar Risma di Graha Sawunggaling Kantor Pemkot Surabaya.
Wali Kota Risma menjelaskan, Tuhan sudah memberikan talenta dan kelebihan yang berbeda kepada setiap anak. Jadi, anak yang tidak bisa mata pelajaran Matematika jangan dianggap sebagai anak yang gagal. Anak-anak yang tidak bisa mata pelajaran Bahasa Inggris belum tentu tidak berhasil.
Salah satu wali kota terbaik dunia ini pun meminta guru mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik yang dimilikinya. ”Ayo, keluarkan semua yang terbaik, akan saya fasilitasi semua. Sebab, selama ini saya tidak tahu apa kebutuhan para guru untuk memompa semangat anak-anak didik di sekolah,” ujar Presiden United Cities Local Governments Asia-Pacific (UCLG-ASPAC) periode 2018-2020 ini.
Saya tidak mau anak Surabaya biasa-biasa saja. Karena pada 2020, anak-anak itu akan berkumpul dengan anak dari seluruh dunia. Kalau anak-anak Surabaya saat pertempuran itu biasa-biasa saja, maka anak-anak bisa kalah.
Apalagi, tidak semua anak diberi talenta yang sama. Semisal ada anak punya talenta melukis yang bagus. Namun, jika tidak dikembangkan oleh guru seni budaya yang memiliki latar belakang seni lukis, guru tersebut salah.
”Saya tidak mau anak Surabaya biasa-biasa saja. Karena pada 2020, anak-anak itu akan berkumpul dengan anak dari seluruh dunia. Kalau anak-anak Surabaya saat pertempuran itu biasa-biasa saja, maka anak-anak bisa kalah,” ujarnya.
Jangan jadi pecundang
Wali Kota Risma meminta anak-anak Surabaya tidak boleh jadi pecundang. Anak-anak Surabaya harus mampu menjadi tuan dan nyonya di rumah sendiri. Untuk merealisasikan mimpi tersebut, Risma mengatakan tidak bisa bergerak sendirian.
”Saya yakin, dengan bantuan guru semua, saya bisa merealisasikan mimpi-mimpi saya. Mari sama-sama bergerak. Saya sangat percaya kepada guru semua,” ucap alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) ini.
Dia meyakini, dengan membantu anak-anak untuk lebih berkembang, Tuhan pasti akan memberi lebih banyak kepada para penolong itu. Sebab, ke depan, jangan sampai anak-anak Surabaya takut dan mundur ketika harus berhadapan dengan anak-anak dari seluruh dunia. Untuk itu, guru harus mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik yang dimilikinya.
Guna mendukung perubahan dan pengembangan anak didik, semua kebutuhan guru akan dipenuhi Pemkot Surabaya. ”Guru membutuhkan peralatan apa, untuk merancang, silakan sampaikan kepada saya atau lewat Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Ikhsan. Kami dengan senang hati berusaha memenuhi semua kebutuhan,” tutur Risma.
Oleh karena itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga meminta guru mengeluarkan semua kemampuannya untuk mengembangkan bakat dan minat anak Surabaya, baik dalam bidang matematika, seni budaya, teknologi informasi dan komunikasi, maupun olahraga.
”Pasti para guru lebih menguasai daripada saya karena setiap hari bergelut di bidang itu. Karena itu, saya ingin Anda memberikan sesuatu untuk kota ini dengan cara mengeluarkan semua keahlian Anda,” ujar Risma.
Kekurangan siswa
Menurut Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi, di Surabaya ada lebih dari 500 SD dan 75 SMP, baik negeri maupun swasta. Fenomena kekurangan murid di SD dan SMP swasta pada awal tahun ajaran baru lalu sempat menimbulkan keresahan bagi guru dan kepala sekolah.
Kekurangan siswa di SMP swasta ini meresahkan guru dan kepala sekolah, termasuk siswa, karena proses belajar dikhawatirkan berdampak. Martadi menilai, kekurangan siswa ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menambah kuota siswa mitra warga di sekolah negeri.
Secara substansi kebijakan ini sangat baik karena keberpihakan untuk memastikan warga miskin mendapat layanan pendidikan yang layak sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 45 dan Pasal 31 serta Peraturan Daerah Nomor 16/2012.
Sebenarnya penambahan kuota siswa mitra warga di sekolah negeri juga diprotes keras oleh wali murid karena kapasitas di ruang kelas bertambah. Jumlah siswa dalam satu kelas bisa menjadi dua kali lipat dari jumlah pada tahun ajaran sebelumnya.