JAKARTA, KOMPAS—Semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan 90 tahun silam kembali menggelora di malam puncak pengumuman pemenang paduan suara mahasiswa Festival Folklore Nusantara 2018. Ratusan Mahasiswa menampilkan paduan suara persahabatan dengan menyatukan irama, nada, dan gerak tari.
Di atas panggung Festival Folklore Nusantara (FFN) 2018, pada Sabtu (27/10/2018), di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta, para mahasiswa itu menunjukkan persahabatan dalam keberagaman. Mereka bernyanyi sembari menari bersama di ajang yang diselenggarakan Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri (Himpuni).
Beberapa lagu daerah yang dinyanyikan antara lain Sigulempong, Manuk Dadali, O Ina Ni Keke, Ampar Pisang, Ayo Mama, dan Yamko Rambe Yamko. Lagu-lagu itu diaransemen oleh Bayu Nerviadi C C. Ada juga lagu-lagu nasional yang menggugah semangat kebersaman seperti Pemuda, Gemilang, Bangun Pemudi Pemuda, dan Zamrud Katulistiwa.
Koordinator Presidium II Himpuni Budi Karya Sumadi dalam sambutannya, mengapresiasi semangat yang ditunjukan ratusan mahasiswa yang mengikuti kompetisi dalam paduan suara FFN. Mereka dinilai berhasil menghadirkan semangat pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
"Budaya, seni, dan lagu kita pilih sebagai hal universal yang dapat kita jadikan sebagai tali pengikat bahwa kita Indonesia," ujar Budi yang juga menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
Seni budaya bangsa adalah puncak cipta-rasa warisan leluhur yang terus dikembangkan generasi masa kini. Warisan itu memiliki sifat yang agung dan mengolah cipta dan rasa anak bangsa untuk membangun kepribadian luhur sebagai dasar untuk tetap teguhnya karakter bangsa.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia Arief Budhy Hardono menambahkan, semangat para pemuda harus tetap dijaga hingga 100 tahun ke depan. Terutama semangat untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan saat Indonesia memasuki usia emas.
UGM juara
Pada malam final kompetisi paduan suara mahasiswa FFN 2018, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Gajah Mada diumumkan sebagai juara pertama. Mereka berhasil menyisihkan 12 finalis lainnya.
Lagu yang dibawakan saat final adalah lagu nasional dan lagi Folklor. Adapun lagu nasional yang dinyanyikan berjudul Tanah Air yang diarransemen oleh Ken Steven. Sedangkan lagu folklor berjudul Janger yang diarransemen Agustinus Bambang Jusana dan Avip Priatna.
Juara kedua diraih Paduan Suara Cantus Firmus dari Universitas Sanata Darma. Lagu yang dibawakan saat final adalah lagu nasional berjudul Tanah Air. Sedangkan lagu folklor berjudul Yamko Rambe Yamko.
Sedangkan juara ketiga diraih Swara Satata Cakti dari Universitas Negeri Malang. Lagu yang dibawakan saat final adalah lagu nasional berjudul Indonesia Pusaka dan lagu folklor berjudul Kicir-Kicir.
Ketiga kelompok paduan suara mahasiswa ini dianugerahi Piala Presiden Republik Indonesia dan mendapat dana pembinaan dari Himpuni. Juara satu memperoleh dana pembinaan sebesar Rp 100 juta, juara dua sebesar Rp 50 juta, dan juara tiga sebesar Rp 30 juta.
Para pemenang lomba dinobatkan sebagai 3 finalis terbaik setelah melalui berbagai tahap seleksi dan menyisihkan 56 tim paduan suara dari berbagai universitas negeri maupun swasta yang ada di 16 provinsi. Para pemenang diseleksi oleh lima juri, antara lain Budi Susanto Yohanes, Ken Steven, Indra Listiyanto, Agastya Rama Listya, dan Oni Krisnerwinto. (STEFANUS ATO)