JAKARTA, KOMPAS - Ikhtiar meningkatkan minat baca bangsa Indonesia terus dilakukan melalui keterlibatan masyarakat. Berbagai inovasi dibuat agar gerakan literasi melibatkan keluarga, sekolah, hingga masyarakat.
Ketua Umum Yayasan Gemar Membaca Indonesia (Yagemi) Firdaus Oemar dalam Rapat Koordinasi Nasional Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah (PB-BMR) di Jakarta, Selasa (23/10/2018), mengatakan mencerdaskan kehidupan bangsa masih jadi tantangan besar, yang salah satunya belum terbangunnya budaya baca masyarakat. Sebenarnya sudah banyak program dan anggaran pengadaan buku yang dianggarkan secara nasional dan daerah, namun belum memberikan dampak yang diharapkan.
Firdaus mengatakan sejak 2014, Yagemi melakukan uji coba dengan mengirimkan paket buku bacaaan secara langsung dan bergilir kepada tiap keluarga dalam satu desa. Uji coba awalnya dilakukan di beberapa desa/nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kini, sistem ini mulai dikembangkan di tingkat provinsi Sumatera Barat dengan memanfaatkan anggaran desa.
Sistem pustaka bergilir buku masuk rumah ini, jelas Firdaus, didesain untuk membuat paket buku (satu buku untuk bapak, satu buku untuk ibu, dan tiga buku untuk anak) bisa dibaca dan digilir di 200 keluarga setiap 15 hari sekali. Targetnya satu orang bisa membaca 24 judul buku per tahun. Dengan demikian, minat baca di Indonesia. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pun bakal semakin membaik untuk mendukung peradaban bangsa dan pengemmbangan ekonomi berbasis iptek.
"Dari uji coba yang kemudian diteliti salah satu perguruan tinggi, waktu satu tahun cukup ideal untuk mulai menumbuhkan minat baca dalam keluarga. Paket buku yqng dibaca yang sesuai kebutuhan sehingga ada ketertarikan untuk membaca. Sistem sepetlrti ini perlu dikembangkan lagi hingga tingkat nasional," ujar Firdaus.
Menurut Firdaus, pustaka bergilir dengan menyasar keluarga ini bisa dilakukan di desa. Peningkatan sumber daya manusia di desa menjadi salah satu program yang bisa dianggarkan dengan memanfaatkan anggaran desa.
Koordinator Nasional Pustaka Bergilir Masuk Rumah, Marlis, mengatakan dengan dukungan Yagemi, sistem ini hendak diluaskan ke-19 provinsi untuk mewujudkan Gerakan Desa Membaca. Untuk itu, koordinator dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa mulai dibentuk. "Anggaran desa selama ini sebagian besar untuk infrastruktur. Padahal, peningkatan SDM desa juga penting. Sistem pustaka bergilir bisa jadi salah satu program peningkatan SDM yang langsung dirasakan masyarkat," ujar Marlis.
Penyediaan akses buku bacaan, memang jadi salah satu tantangan dalam membangun budaya literasi bangsa. Gerakan literasi lewat Pustaka Bergerak mencoba menawarkan solusi untuk mendekatkan akses buku bacaan ke masyarakat, terutama di daerah terpencil.
Di kawasan Indonesia Timur, Taman Bacaan Pelangi yang digagas Nila Tanzil, menyasar perpustakaan sekolah yang diubah ramah anak. Tantangannya bukan hanya sol akses buku, namun juga rendahnya kemampuan membaca siswa.
Perpustakaan sekolah disulap fisiknya dengan warna ruangan yang berwarna-warni serta dinding yang digambari tokoh kartun. Selain itu, disediakan rak buku untuk menampilkan buku dengan sampul muka yang langsung menghadap ke arah siswa. Ada pula meja-meja dan bantal yang digunakan untuk membaca sambil lesehqn di karpet. Tiap sekolah diberi minimal 1.250 - 3.000 buku bacaan anak-anak.
Ada pula pelatihan pustakawan sekolah dan guru untuk mendampingi anak-anak membaca di perpustakaan. Sekolah diminta menerapkan jam kunjung perpustakaan untuk tiap kelas dalam tiap minggunya.
"Kegiatan di perpustakaan jadi mengasyikkan. Karena kita ingin membuat kegiatan membaca jadi kegiatan yang menyenangkan. Untuk itu, koleksi buku disesuaikan dengan kemampuan membaca anak, ada ebam level buku, dari yang baru belajar baca hingga yang sudah mahir," jelas Nila.