DENPASAR, KOMPAS — Festival literasi internasional Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) menginjak tahun ke-15. UWRF 2018 digelar 24-28 Oktober di Ubud, Gianyar, dengan mengangkat tema “Jagadhita, Dunia yang Kita Ciptakan”.
UWRF diinisiasi mulai 2004 sebagai respon atas tragedi kemanusiaan peledakan bom Bali 2002. UWRF merupakan festival sastra internasional di Bali yang ramai diikuti sastrawan, seniman, dan penikmat sastra dan seni. “Ubud Writers and Readers Festival menjadi perhelatan sastra tahunan bagi penulis, sastrawan, dan budayawan untuk berbagi ide dan inspirasi serta wawasan,” kata Kadek Sri Purnami, General Manager UWRF 2018, dalam acara jumpa media terkait UWRF 2018 di Denpasar, Bali, Selasa (16/10/2018).
Jagadhita diangkat sebagai tema UWRF 2018. Jagadhita berasal dari filsafat Hindu yang bermakna kesejahteraan atau kebahagiaan dunia. Pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati, lembaga yang menaungi UWRF, Ketut Suardana mengatakan, UWRF adalah bagian upaya membangun hubungan universal. “UWRF menjadi barometer pergaulan internasional yang dimulai di Ubud,” kata Suardana menambahkan.
Purnami mengatakan, UWRF 2018 menghadirkan sekitar 180 pembicara dari Indonesia dan luar negeri, termasuk sejumlah penulis baru di Tanah Air yang karya mereka lolos kurasi Dewan Kurator UWRF 2018. Karya para penulis baru itu akan diterbitkan menjadi sebagai kumpulan karya atau antologi serangkaian UWRF itu.
Terdapat lima penulis baru (emerging writers) dalam UWRF 2018, yakni, Andre Septiawan (Sumatera Barat), Darmawati Majid (Sulawesi Selatan); Pratiwi Juliani (Kalimantan Selatan); Reni Nuryanti (Aceh); dan Rosyid H Dimas (Yogyakarta). Adapun Dewan Kurator UWRF 2018 terdiri dari Leila S Chudori, Putu Fajar Arcana, dan Warih Wisatsana.
Penyelenggara UWRF 2018 juga mengundang beberapa sastrawan muda, salah satunya, Dewa Ayu Carma Citrawati, penulis sastra daerah yang menerima Hadiah Sastra Rancage 2017 untuk kumpulan cerita pendek berbahasa Bali berjudul “Kutang Sayang Gemel Madui”. Carma mengatakan penyediaan ruang dan kesempatan kepada sastrawan dan sastra daerah dalam ajang festival sastra internasional akan menggairahkan kehidupan sastra berbahasa daerah.
Lebih lanjut Purnami mengatakan, sekitar 180 pembicara dari 30 negara, termasuk dari kalangan penulis, akan bertemu dengan para pembaca dalam sejumlah acara yang diselengarakan di museum, restoran, atau hotel di kawasan Ubud selama 24-25 Oktober nanti. UWRF juga diisi beragam program, antara lain, lokakarya budaya dan penulisan, pameran, pementasan musik dan puisi, dan pemutaran film serta peluncuran buku.
Pembicara yang dihadirkan, di antaranya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Museum Seni Neka (25/10), Yenny Wahid di Museum Seni Neka (27/10), dan Devi Kamil Syahbana di Museum Seni Neka (28/10). Purnami mengatakan, penyelenggaraan UWRF 2018 juga akan diisi penyerahan penghargaan kepada sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono.
Manajer Program Indonesia I Wayan Juniarta menambahkan, penyelenggaraan UWRF 2018 juga bertautan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda dan dua dekade reformasi di Indonesia. UWRF 2018 akan membicarakan sejarah bangsa dalam perjalanannya dengan menghadirkan Saras Dewi, Haidar Bagir, dan Putu Fajar Arcana di Museum Seni Neka (26/10). (COK)