Fokuskan Anggaran untuk Mutu
JAKARTA, KOMPAS— Pendidikan punya kontribusi penting dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk itu, harus dipastikan alokasi anggaran pendidikan memang difokuskan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami di Jakarta, Jumat (12/10/2018), menanggapi indeks sumber daya manusia atau Human Capital Index (HCI) 2018 yang dirilis Bank Dunia, mengatakan kondisi negara seperti Indonesia yang memiliki geografik yang beragam, seperti pulau terpencil, wilayah pegunungan, hingga hutan, akan berpengaruh pada penyediaan layanan pendidikan. Daya jangkau layanan pendidikan jadi terbatas fan terkendala oleh kondisi geografis yang seperti itu.
Selain itu, ujar Amich, jumlah penduduk usia sekolah 7-23 tahun juga sangat besar sekitar 55 juta orang. Untuk menyediakan layanan pendidikan bagi penduduk dalam jumlah besar (Indonesia) tentu berbeda dan punya komplikasi tersendiri. Hal yang tidak dialami Vietnam, misalnya, dengan jumlah penduduk usia sekolah yang jauh lebih kecil.
"Jadi, gerak kemajuan pendidikan di Indonesia terkesan sangat lambat karena faktor ukuran negara dan bilangan populasi yang harus mendapat layanan pendidikan," ujar Amich.
Dari indeks sumber daya manusia atau Human Capital Index 2018 yang dirilis Bank Dunia pada Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 di Bali, daya saing sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Indonesia berada di urutan ke-87 dari 187 negara di angka 0,53 dari skala 1.
Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga. Filipina memiliki HCI 0,55, Thailand (0,60), Malaysia (0,62), dan Vietnam (0,67). Adapun HCI tertinggi diraih Singapura (0,88), disusul Jepang dan Korea Selatan (masing-masing 0,84).
Pengukuran HCI meliputi tiga komponen yakni survival, pendidikan dan kesehatan. Untuk pendidikan, Bank Dunia menghitung rata-rata jumlah tahun sekolah warga di suatu negara saat berusia 18 tahun dan kualitas hasil belajar.
Amich mengatakan untuk mengoptimalkan kontribusi pendidikan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang handal, strategi
yan harus ditempuh utamanya meningkatkan efektivitas investasi untuk SDM. "Harus dilakukan peninjauan menyeluruh atas efektivitas pemanfaatan anggaran 20 persen untuk pendidikan itu.
Harus dipastikan anggaran 20 persen dibelanjakan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan, bukan mengongkosi organisasi dan personel (gaji pegawai) dan operasional kantor," ujar Amich.
Menurut Amich, perlu ada reformasi neraca anggaran pendidikan di pusat dan daerah. Sebab, inefisiensi masih kerap terjadi, salah alokasi, juga alokasi anggaran tidak sesuai peruntukan hal-hal prioritas yang tekait pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander menilai daya saing SDM Indonesia masih di bawah rata-rata tetangga. Padahal, tingkat partisipasi sekolah di Indonesia tumbuh signifikan.
"Hanya dengan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, lulusan pendidikan menengah dan tinggi akan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk terserqp industri 4.0," jelas Sander.
Secara terpisah, Menteri Pendididan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan reformasi pendidikan terus dilakukan. Fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan menguatkan dan menyinergikan tri pusat pendidikan yak i sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengatakan inovasi dari perguruantinggi dan lembaga penelitian harus ditingkatkan yang dimulai dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan riset di perguruan tinggi. "Utuk publikasi ilmiah internasional, kita sudah bisa perbaiki dan meningkat tajam. Namun masih ada tantangan untuk meningkatkan kualitasnya, yang ditentukan dari kualitas riset sehingga menghasilkan inovasi yang dapat meningkatkan daya daing ekonomi bangsa," ujar Nasir. (DIM)