JAKARTA, KOMPAS— Kemampuan seniman dalam menyampaikan pesan dengan kreatif dianggap mampu membangun masyarakat melalui karya seni yang dihasilkan. Untuk itu, pemerintah diharapkan melihat seni bukan hanya sebagai bagian pariwisata, tetapi sebagai produk budaya yang mampu memberi pengaruh masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam diskusi "Hibah Seni demi Kemajuan dan Pembangunan Manusia Melalui Seni Indonesia" yang digagas Yayasan Kelola di Jakarta, Jumat (28/9/2018). "Kami menganggap hibah seni bisa membantu seniman berkarya. Ini bertujuan agar terjadi pertukaran budaya antarseniman dari berbagai daerah di Indonesia sehingga seniman bisa terus belajar dan berinovasi," ujar Direktur Yayasan Kelola, Gita Hastarika.
Menurutnya, salah satu permasalahan di Indonesia adalah masih terpusatnya gerakan seni di pulau Jawa. Hal itu membuat seniman di luar Jawa kurang mendapat kesempatan untuk belajar dari seniman dari berbagai daerah di Indonesia.
Peneliti Direktorat Politik dan Komunikasi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bagus Ade Saputra, mengatakan, seniman di berbagai daerah di Indonesia mampu menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan bahasa dan cara bertutur yang mudah dimengerti masyarakat. Menurutnya hal itu adalah keunggulan seniman dalam menyampaikan pesan melalui bentuk dan cara yang menarik.
Ia mengatakan, hal itu seharusnya dilihat oleh pemerintah sebagai sebuah peluang untuk membangun manusia di Indonesia. Pemerintah memiliki program mengarusutamakan Pancasila di masyarakat. Menurutnya, cara yang perlu diambil pemerintah agar nilai Pancasila meresap ke masyarakat adalah dengan cara-cara kebudayaan yang dilakukan seniman.
"Diperlukan strategi yang tepat untuk menyampaikan nilai-nilai Pancasila. Bukan dengan cara-cara yang militeristik, tetapi dengan pendekatan kebudayaan. Disesuaikan dengan sasaran usia dan kearifan lokal. Seniman bisa dilibatkan dalam hal itu," ujar Bagus.
Ia mencontohkan, ada korban jiwa akibat tawuran pendukung tim sepak bola yang terjadi beberapa saat lalu. Menurutnya, hal itu terjadi sebagai salah satu akibat dari belum adanya agenda kebudayaan Indonesia yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Untuk itu, seni dianggap perlu menjadi salah satu elemen pembangunan manusia. Jadi, seni bukan hanya dipandang sebagai bagian dari pariwisata.
Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, Afrizal Malna, berpendapat bahwa seni perlu juga disubsidi oleh pemerintah. Menurutnya, problem seni di Indonesia adalah belum terciptanya ekosistem seni. Hal itu membuat permasalahan di dalam seni kerap berkutat pada persoalan dana. "Seni, teknologi, dan sains adalah bidang-bidang yang selalu menghasilkan penemuan dan penciptaan. Bidang-bidang itu perlu disubsidi agar berkembang," ujar Afrizal.
Ia mengatakan, pemerintah belum memiliki kerja kurasi di dalam seni. Karya seni berupa seni pertunjukan, seni rupa, dan seni musik yang baik perlu dibawa berkeliliing ke seluruh provinsi di Indonesia. Jika hal itu dilakukan, menurutnya, pengetahuan di dalam kesenian bisa tersebar dengan dinamis. Hal itu diharapkan membuat masyarakat memiliki pengalaman yang sama dalam menikmati karya seni.
Afrizal juga melihat belum ada lembaga kesenian di setiap wilayah. Hal itu membuat kegiatan seni tidak bergerak cepat di daerah. Sementara, teknologi bergerak cepat sehingga mengubah kebiasaan masyarakat. "Gagasan dan teknologi bergerak cepat sehingga bisa memainkan kebenaran di masyarakat melalui media sosial. Seniman perlu mendapat dukungan untuk bisa masuk ke ruang-ruang krisis itu," ujar Afrizal. (SUCIPTO)