JAKARTA, KOMPAS— Revitalisasi sekolah menengah kejuruan yang digalakkan pemerintah belum menunjukkan hasil yang signifikan. Keterampilan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan vokasi masih belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Salah satu masalahnya yaitu kurikulum di pendidikan belum selaras dengan praktik yang dijalankan di dunia kerja.
General Manager Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM) Ahmad Muhibbuddin menilai, saat ini masih ada kesenjangan antara kemampuan lulusan SMK dengan kebutuhan industri. Hal ini terutama terkait penggunaan teknologi terbaru.
“Gambarannya, saat ini industri kendaraan roda dua sudah memakai teknologi injeksi tetapi yang diajarkan di sekolah masih menggunakan kaburator. Seharusnya, pendidikan menyesuaikan dengan teknologi yang ada di industri,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Untuk menjembatani persoalan ini, tambah Ahmad, PT AHM pun berupaya menjalin kerjasama dengan sejumlah SMK dengan memasukkan kurikulum teknik sepeda motor (TSM). Kurikulum yang diajarkan sesuai dengan penerapan di industri.
Program ini sudah berjalan sejak 2010 dan telah diimplementasikan di 667 SMK mitra binaan di 31 provinsi di Indonesia. Hasilnya, sekitar 96 persen kebutuhan operator baru dipasok dari lulusan SMK mitra binaan AHM.
Belum sesuainya kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri juga diungkapkan oleh CEO Bukalapak Achmad Zaky. Ia mengatakan, perusahaannya tidak banyak menerima lulusan pendidikan vokasi. “Untuk bidang design ada, tetapi untuk engineering hampir tidak ada,” ucapnya.