JAKARTA, KOMPAS — Selama satu dekade, Mar’ie Muhammad mengabdi untuk kemanusiaan bersama Palang Merah Indonesia. Ia bergerak paling dulu, memberikan bantuan ke garis depan manakala terjadi bencana. Perjalanan ini tercatat dalam “Kekuatan dalam Kemanusiaan, Mar’ie Muhammad, Satu Dekade Memimpin Palang Merah Indonesia” yang diluncurkan di Jakarta, Sabtu (22/9/2018).
Setelah tidak lagi menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia 1993- 1998, Mar’ie Muhammad terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PMI sejak 22 Desember 1998 hingga 22 Desember 2009.
Sekretaris Jenderal PMI sekaligus pemrakasa buku “Kekuatan dalam Kemanusiaan, Mar’ie Muhammad, Satu Dekade Memimpin Palang Merah Indonesia”, Iyang Sukandar menuturkan, dedikasi Mar\'ie pada isu kemanusiaan.
“Itu diperlihatkan secara total sebagai pemimpin PMI dan anggota organisasi Palang Merah. Mar\'ie meyakini bahwa dalam misi kemanusiaan tidak ada lawan, semuanya adalah kawan,” tuturnya mengenang masa kepemimpinan Mar’ie Muhammad.
Mar’ie ingin ada kumpulan kisah yang terkumpul dalam sebuah buku, yaitu tentang kiprahnya selama memegang kendali PMI. Sukandar mengatakan, Mar’ie tidak pernah ingin atau meminta orang lain menulis otobiografinya. Namun, ia merasa kisah-kisahnya di PMI akan membuat orang menyadari bahwa apa yang dilakukan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di negeri adalah tugas-tugas kemanusiaan yang mulia.
Sukandar menceritakan, Mar’ie telah lebih dulu terjun dalam bidang kemanusiaan ketika ia bergabung dengan Komite Kemanusiaan Indonesia (KKI) yang kini menjadi yayasan Karsa Kemanusiaan Indonesia. Bersama KKI Mar’ie datang langsung ke Timor Timur ketika mengalami konflik.
Keyakinan itu yang membuatnya tak gentar berada di berbagai medan bencana. Selain berdedikasi, Sukandar memandang Mar’ir sebagai sosok yang totalitas pada serangkaian kerja untuk membantu dan merawat kemanusiaan selama memimpin PMI.
Selama memimpin PMI, Mar’ie Muhammad berpegang teguh pada idealismenya yang memastikan PMI harus berada paling depan dan paling cepat membantu masyarakat yang menjadi korban bencana alam atau konflik.
Pada peluncuran buku, hadir pula Chairul Tanjung. Ia berpendapat bahwa Mar’ie Muhammad sangat layak ditahbiskan sebagai Bapak Kemanusiaan Indonesia karena komitmen yang serius terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan.
“Hampir separuh hidup Pak Mar’ie dicurahkan pada kemanusiaan, baik melalui Komite Kemanusiaan Indonesia, Jaring Pengaman Sosial, juga Palang Merah Indonesia. Karena komitmen dan kerja beliau yang serius, PMI berhasil menjadi organisasi yang dipercayai oleh lembaga-lembaga kemanusiaan internasional seperti Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta Komite Palang Merah Internasional,” ujar Chairul.
Kenangan
Dedikasi dan totalitas Mar’ie Muhammad dalam bidang kemanusiaan memberikan sebuah kenangan yang melekat kuat. Kisah pengabdiannya di PMI memberi inspirasi dan pembelajaran yang berarti kepada setiap orang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, salah satu yang begitu mengagumi kepribadian Mar’ie Muhammad. Sosok yang mampu memberikan semangat dan kekuatan dari peristiwa yang dapat menggetarkan hati insan manusia.
Sri Mulyani menceritakan pengalaman yang tak terlupakan ketika bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Ketika itu, sehari setelah bencana, ia bersama wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Kesehatan Siti Fadillah terbang menuju Aceh.
“Saat itu PMI sudah berada di Aceh, Pak Mar’ie mengenakan kaus putih dan mengatakan banyak korban meninggal di mana-mana,” kenangnya.
Saat peristiwa tsunami Aceh, Mar’ie memberikan kekuatan dan dedikasinya untuk menangani korban dan menjalankan tugasnya secara totalitas.
Sambil menahan haru dengan nada suara pelan, Sri Mulyani menganggap Mar’ie Muhammad sebagai sosok yang luar biasa, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semuanya adalah satu keluarga.
“PMI dan Mar’ie adalah satu simbol yang bisa memperkuat daya ingat kita untuk terus menjaga persaudaraan dan kemanusiaan terutama untuk saling membantu dan menolong,” ujarnya.
Ia menambahkan, Mar’ie Muhammad memberikan keteladanan dan inspirasi terutama untuk generasi muda. Ia juga berharap, dari komitmen, loyalitas, dan integritas Mar’ie Muhammad dapat menumbuhkan kecintaan untuk berbuat baik, dan mendukung kemanusiaan yang adil dan beradab. (Aguido Adri)