Pendidikan Berbasis Nilai Bisa Menjawab Tantangan Sekolah
JAKARTA, KOMPAS — Setiap sekolah mempunyai tantangannya masing-masing, sesuai konteks sosialnya. Untuk menjawab tantangan itu, pendekatan pendidikan berbasis nilai bisa menjadi pilihan.
Hal ini mengemuka di sela-sela kegiatan program Sekolah Masa Depan yang diadakan Louis Dreyfus Company di SD Gambir 01, Jakarta, Rabu (19/9/2018). Program peningkatan kapasitas profesional guru ini didampingi oleh WeTheTeachers, organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.
Pendiri WeTheTeachers Amanda Witdarmono mengatakan, tantangan sekolah di satu tempat dengan tempat lain bisa jadi berbeda. Oleh sebab itu, nilai-nilai yang ditanamkan harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap sekolah.
Di suatu pelosok, misalnya, tantangan sekolah adalah bagaimana membuat siswa punya kemauan keras untuk belajar. Sementara itu, di pinggiran ibukota, bisa jadi tantangannya bagaimana membuat siswa percaya diri bersaing dengan siswa dari sekolah lainnya dalam mencapai impian.
Pada pendekatan berbasis nilai yang diterapkan SD Gambir 01, para guru menganalisis tantangan yang dihadapi sekolah. Mereka kemudian merumuskan nilai-nilai yang akan diterapkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan sekolah.
“Nilai-nilai tersebut dirumuskan sendiri oleh sekolah, bukan dari pihak luar. Ini akan menciptakan rasa memiliki. Sekolah dengan kemauan sendiri menjalankan nilai-nilai yang mereka buat,” kata Amanda. Dia menambahkan, dengan adanya rumusan ini, penerapan nilai-nilai di sekolah bisa lebih terarah.
Kepala SD Gambir 01 Zuryetti mengatakan, sejak didampingi WeTheTeachers awal tahun ajaran 2018/2019, sekolahnya menetapkan sembilan nilai untuk diterapkan di sekolah. Selain nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong yang sebelumnya telah diamanatkan pemerintah, sekolah menambah empat nilai lainnya, yaitu nilai percaya diri, estetika, toleransi, dan disiplin.
Zuryetti menjelaskan, empat nilai tambahan itu diadakan untuk menjawab tantangan di sekolahnya. Secara demografi, SD Gambir 01 berada di pusat kota yang agak jauh dari permukiman penduduk. Kebanyakan siswa yang sekolah di sini tinggal di bantaran kali di sekitar kawasan itu.
Gedung sekolah juga tersembunyi. Lokasinya berada di dalam kawasan Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Posisinya jauh dari hiruk pikuk jalan raya. Beberapa orang yang baru pertama kali berkunjung, susah menemukan alamat sekolah.
“Kami berdiskusi, nilai-nilai apa yang dibutuhkan siswa. Salah satunya, nilai percaya diri. Terus terang anak-anak kami kurang percaya diri, kurang berani mengeluarkan pendapat dan tampil di depan kelas,” katanya.
Dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa, guru tidak lagi menunjuk siswa untuk tampil atau berkomentar di kelas. Sebaliknya, guru merangsang siswa agar mempunyai inisiatif sendiri. “Jika tidak ada yang berani, siswa diizinkan untuk tampil bersama temannya. Secara bertahap kepercayaan diri siswa bisa terbangun,” ujar Zuryetti.
Dukungan orangtua
Selain memberikan pelatihan kepada guru, program Sekolah Masa Depan di SD Gambir 01 juga mengadakan lokakarya untuk orangtua siswa. Sekitar 60 siswa dari kelas I hingga VI hadir pada kesempatan itu.
Di dalam lokakarya, orangtua diberikan informasi tentang nilai-nilai yang telah ditetapkan sekolah. Mereka juga diarahkan agar bisa mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam interaksi di rumah.
Menurut Amanda, dukungan orangtua sangat diperlukan dalam pendekatan ini. Nilai-nilai yang diterapkan di sekolah akan berjalan optimal apabila juga diterapkan di rumah.
Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan Gambir Bahtiar Hutahean mengatakan, orangtua merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Sementara itu, sekolah, masyarakat, dan pihak lainnya hanyalah mitra yang membantu orangtua.
Oleh sebab itu, orangtua diharapkan turut memperhatikan pendidikan anaknya, tidak menyerahkan sepenuhnya ke pihak sekolah. “Kerja sama semua pihak dibutuhkan dalam mendidik anak,” ujarnya.
Rachmawaty, orangtua siswa, mengakui peran orangtua sangat besar dalam pendidikan anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama keluarga. Dia pun yakin kerja sama orangtua dan guru akan membuat anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sekolah Masa Depan merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) LDC, perusahaan dagang dan pengolah barang-barang hasil pertanian. Tidak hanya memberikan pelatihan peningkatan kapasitas profesional guru, LDC juga merenovasi lapangan basket SD Gambir 01 dan sarana-prasarana lainnya. Siswa diberi pula pengetahuan tentang produksi makanan, pertanian, permasalahan, dan nilai-nilai berkelanjutan.
Selain di SD Gambir 01, program serupa juga tengah berlangsung di SD 004 Penajam, Pantai Lango, Kecamatan Penajam, Kalimantan Timur. Presiden Direktur LDC Indonesia Rubens Marques berharap program ini bisa membantu anak dalam mengembangkan berbagai keterampilan hidup, kompetensi, dan keinginan untuk meraih sukses.
“Semoga dengan ini kami dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia,” ujarnya. (E04)