Mahasiswa Internasional Indonesia Jadi Aset Bangsa
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Mahasiswa internasional Indonesia yang menimba ilmu di berbagai negara menjadi aset sumber daya manusia untuk mendukung kemajuan bangsa. Para mahasiswa diminta untuk optimal mendalami berbagai bidang ilmu yang dibutuhkan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bidang Akademik, Paulina Panen di acara pembukaan US Graduate Fair 2018 atau Pameran Pendidikan Pascasarjana Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Minggu (16/9/2018), mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak SDM berkualitas. Kesempatan menimba ilmu di luar negeri menjadi salah satu strategi untuk menyiapkan generasi muda yang dapat mengisi peluang kerja profesional di dalam negeri saat kekuatan ekonomi Indonesia semakin diperhitungkan dunia.
"Generasi muda didorong untuk mendalami bidang STEM atau Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika. Selain itu, Indonesia juga fokus untuk bidang industri tekstil dan garmen, makanan dan minuman, otomotif, kimia, dan elektronik,"kata Paulina.
Menurut Paulina, pilihan berkuliah di AS bukan hanya baik dari sisi penguasaan akademik. Namun, para mahasiswa kelak dapat membangun jejraing internasional. Sebab, AS salah satu tujuan pendidikan internasional yang diminati di dunia.
Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr mengatakan ada sekitar 9.000 mahasiswa Indonesia berkuliah di AS. Mahasiswa internasional di AS untuk pertama kalinya tahun ini melampaui satu juta mahasiswa.
"Tidak ada cara yang lebih baik untuk memahami satu sama lain, kebudayaan kita, dan mempersiapkan anak-anak kita menghadapi dunia kerja di abad ke-21, selain daripada berbagi pengalaman belajar bersama di ruang-ruang kelas universitas di Amerika,"kata Donovan.
Donovan mengatakan sekitar 4.700 PT di AS menawarkan suasana akademik yang menghargai keragaman. Institusi pendidikan di AS menawarkan kekuatan riset, inovasi, serta kewirausahaan.
Menurut Donovan, Pemerintah AS juga membantu untuk mempermudah pengurusan visa pelajar ke AS. Pengurusan sudah secara daring dan visa diterima sekitar tiga hari usai wawancara. "Lebih dari 90 persen, aplikasi visa pelajar ke AS diterima,"kata Donovan.
Pameran tahunan ke-4 yang digelar EducationUSA menampilkan perwakilan dari 25 universitas/sekolah tinggi serta lembaga konsultasi pendidikan. Ada juga lembaga beasiswa, salah satunya Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Kepala Divisi Seleksi dan Rekrutmen Beasiswa LPDP Rumtini Iksan mengatakan minat calon mahasiswa pascasarjana dari Indonesia yang memilih AS sebenarnya tinggi.
"Namun, sebagian calon mahasiswa pascasarjana tidak siap dites GRE yaitu tingkat kemampuan memahami bacaan rumit dan analisis informasi kuantitatif. Mereka juga tak siap menghadapi GMAT atau tes untuk masuk ke sekolah bisnis. Akibatnya mereka tak lolos,"kata Rumtini.
Penerimaan beasiswa LPDP, ujar Rumtini, juga disesuaikan dengan prioritas nasional. Ada sejumlah program studi tertentu yang diutamakan.
Shaffa (23), karyawan di perusahaan swasta, mengatakan dirinya sedang mencari peluang beasiswa untuk kuliah. "Saya aktif mencari informasi. Salah satunya dengan datang ke Pameran Pendidikan AS yang juga menghadirkan sejumlah lembaga beasiswa,"kata Shaffa.
Sementara itu, Fibra (23), yang belum setahun bekerja sebagai pegawai negeri sipil, juga mengincar beasiswa kuliah S2 di luar negeri, termasuk di AS. Dia menargetkan bisa segera kuliah dalam dua tahun ke depan. "Kuliah di luar negeri akan memberikan banyak pengalaman akademik dna budaya,"kata Fibra.